Sabtu, 06 September 2014

KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA DAN PAHALANYA


KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA DAN
PAHALANYA

1. Merupakan Amal Yang Paling Utama
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.

ﺳَﺄَﻟْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻱُّ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞِ ﺃَﻓْﻀَﻞُ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺍَﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﻗْﺘِﻬَﺎ، ﻗَﺎﻝَ
ﻗُﻠْﺖُ ﺛُﻢَّ ﺃَﻱُّ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺑِﺮُّﺍﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻗُﻠْﺖُ ﺛُﻢَّ ﺃَﻱُّ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺍﻟْﺠِﻬَﺎﺩُ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴْﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ

“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain
disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi,
‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua
orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi
menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’ [2]

2. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua
Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
disebutkan:
ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺑْﻦِ ﻋَﻤْﺮِﻭ ﺑْﻦِ ﺍﻟْﻌَﺎﺹِ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ
ﻗَﺎﻝَ : ﺭِﺿَﺎ ﺍﻟﺮَّﺏِّ ﻓِﻲ ﺭِﺿَﺎ ﺍﻟْﻮَﺍﻟِﺪِ، ﻭَﺳُﺨْﻂُ ﺍﻟﺮَّﺏِّ ﻓِﻲ ﺳُﺨْﻂِ ﺍﻟْﻮَﺍﻟِﺪِ
“Darii ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma,
bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan
murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua” [3]

3. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan
Kesulitan Yang Sedang Dialami
Yaitu, dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut.
Dalilnya adalah hadits riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu
‘anhuma mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua,
dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu
bapaknya.
Haditsnya sebagai berikut:
ﺍﻧْﻄَﻠَﻖَ ﺛَﻼَﺛَﺔُ ﺭَﻫْﻂٍ ﻣِﻤَّﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻗَﺒْﻠَﻜُﻢْ ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﻭَﻭُﺍ ﺍﻟْﻤَﺒِﻴْﺖَ ﺇِﻟَﻰ ﻏَﺎﺭٍ ﻓَﺪَﺧَﻠُﻮْﻩُ، ﻓَﺎﻧْﺤَﺪَﺭَﺕْ ﺻَﺨْﺮَﺓٌ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﺠَﺒَﻞِ ﻓَﺴَﺪَّﺕْ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺍﻟْﻐَﺎﺭَ . ﻓَﻘَﺎﻟُﻮْﺍ : ﺇِﻧَّﻪُ ﻻَﻳُﻨْﺠِﻴْﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﺼَّﺨْﺮَﺓِ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥْ ﺗَﺪْﻋُﻮْﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺑِﺼَﺎﻟِﺢِ
ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻜُﻢْ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻨْﻬُﻢْ : ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﻲ ﺃَﺑَﻮَﺍﻥِ ﺷَﻴْﺨَﺎﻥِ ﻛَﺒِﻴْﺮَﺍﻥِ ﻭَﻛُﻨْﺖُ ﺃَﻏْﺒِﻖُ ﻗَﺒْﻞَ ﻫُﻤَﺎ ﺃَﻫْﻼً ﻭَ
ﻻَ ﻣَﺎﻻً، ﻓَﻨَﺄَﻯ ﺑِﻲ ﻓِﻲ ﻃَﻠَﺐِ ﺷَﻴْﺊٍ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻓَﻠَﻢْ ﺃُﺭِﺡْ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻤَﺎ ﺣَﺘَّﻰ ﻧَﺎﻡَ ﻓَﺤَﻠَﺒْﺖُ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﻏَﺒُﻮْﻗَﻬُﻤَﺎ
ﻓَﻮَﺟَﺪْﺗُﻬُﻤَﺎ ﻧَﺎﺋِﻤَﻴْﻦِ . ﻓَﻜَﺮِﻫْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃَﻏْﺒِﻖَ ﻗَﺒْﻠَﻬُﻤَﺎ ﺃَﻫْﻼً ﺃَﻭْﻣَﺎﻻً، ﻓَﻠَﺒِﺜْﺖُ ﻭَﺍﻟْﻘَﺪَﺡُ ﻋَﻠَﻰ ﻳَﺪَﻱَّ ﺃَﻧْﺘَﻈِﺮُ
ﺍﺳْﺘِﻴﻘَﺎﻇَﻬُﻤَﺎ ﺣَﺘَّﻰ ﺑَﺮَﻕَ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮُ ﻓَﺎﺳْﺘَﻴْﻘَﻈَﺎ ﻓَﺸَﺮِﺑَﺎ ﻏَﺒُﻮﻗَﻬُﻤَﺎ . ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺖُ ﻓَﻌَﻠْﺖُ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﺑْﺘِﻐَﺎﺀَ
ﻭَﺟْﻬِﻚَ ﻓَﻔَﺮِّﺝْ ﻋَﻨَّﺎ ﻣَﺎ ﻧَﺤْﻦُ ﻓِﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﻫَﺬِﻩ ﺍﻟﺼَّﺨْﺮَﺓِ، ﻓَﺎﻧْﻔَﺮَﺟَﺖْ ﺷَﻴْﺌًﺎ

“ ...Pada suatu hari tiga orang dari ummat sebelum kalian
sedang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada
sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka berada di
dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi
mulut gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain:
‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan.’ Kemudian
mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal
tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan
tersebut. Salah satu di antara mereka berkata: ‘Ya Allah,
sesung-guhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah
lanjut usia sedangkan aku mempunyai isteri dan anak-anak
yang masih kecil. Aku menggembala kambing, ketika pulang
ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada
kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus
berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah
sehingga pulang sudah larut malam dan aku dapati orang
tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu
sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang
lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih
tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk
meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak
akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku
perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku
tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang
tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah
keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anakku. Ya
Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik
karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah mulut gua
ini.’ Maka batu yang menutupi pintu gua itu pun bergeser
sedikit..”[4]

4. Akan Diluaskan Rizki Dan Dipanjangkan Umur
Sesuai sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
ﻣَﻦْ ﺃَﺣَﺐَّ ﺃَﻥْ ﻳُﺒْﺴَﻂَ ﻓِﻲ ﺭِﺯْﻗِﻪِ ﻭَﻳُﻨْﺴَﺄَ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺃَﺛَﺮِﻩِ ﻓَﻠْﻴَﺼِﻞْ ﺭَﺣِﻤَﻪُ
“Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan
umurnya, maka hendaklah ia menyam-bung
silaturrahimnya.” [5]
Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan adalah silaturahmi
kepada orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak di
antara saudara-saudara kita yang sering berkunjung kepada
teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang,
bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil, dia selalu
bersama orang tuanya. Sesulit apa pun harus tetap
diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua,
karena dekat kepada keduanya insya Allah akan
dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.

5. Akan Dimasukkan Ke Surga oleh Allah ‘Azza wa Jalla
Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya
dalam kebaikan merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan
durhaka kepada orang tua akan mengakibatkan seorang anak
tidak masuk Surga. Dan di antara dosa-dosa yang Allah ‘Azza
wa Jalla segerakan adzabnya di dunia adalah berbuat zhalim
dan durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang
anak berbuat baik kepada orang tuanya, Allah akan meng-
hindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Allah
‘Azza wa Jalla dan akan dimasukkan ke Surga.

BENTUK-BENTUK DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA

1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa
perkataan atau pun perbuatan yang mem-buat orang tua
sedih atau sakit hati.
2. Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi pang-gilan
orang tua.
3. Membentak atau menghardik orang tua.
4. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan
lebih mementingkan yang lain daripada mengurus orang
tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan.
Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh
perhitungan.
5. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua,
merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, “kolot”, dan lain-
lain.
6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau
menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak
pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua dan
lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut
dengan kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa, dan
karena itu seorang anak harus berterima kasih dan membantu
orang tua.
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak
atau mencemarkan nama baik orang tua.
8. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat
musik, mengisap rokok, dan lain-lain.
9. Lebih mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan
ada sebagian orang yang tega mengusir ibunya demi menuruti
kemauan isterinya.
Nas-alullaahas salaamah wal ‘aafiyah
10. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa
malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika
status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap
semacam itu adalah sikap yang sangat tercela, bahkan
termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

BENTUK-BENTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

1. Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik. Di
dalam hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam disebutkan
bahwa memberi kegembiraan kepada seseorang mukmin
termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberi
kegembiraan kepada orang tua kita
2. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah
lembut. Hendaknya dibedakan adab ber-bicara antara kepada
kedua orang tua dengan ke-pada anak, teman atau dengan
yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada
kedua orang tua.
3. Tawadhu’ (rendah hati). Tidak boleh kibr (som-bong)
apabila sudah meraih sukses atau memenuhi jabatan di dunia,
karena sewaktu lahir, kita berada dalam keadaan hina dan
membutuhkan pertolongan, kita diberi makan, minum, dan
pakaian oleh orang tua.
4. Memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang tua, karena
pada hakikatnya semua harta kita adalah milik orang tua.
Oleh karena itu berikanlah harta itu kepada kedua orang tua,
baik ketika mereka minta ataupun tidak.
5 . Mendo’akan kedua orang tua. Di antaranya dengan do’a
berikut:
ﺭَﺏِّ ﺍﺭْﺣَﻤْﻬُﻤَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺭَﺑَّﻴَﺎﻧِﻲ ﺻَﻐِﻴْﺮًﺍ
“Wahai Rabb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidikku sewaktu kecil.”
Seandainya orang tua masih berbuat syirik serta bid’ah, kita
tetap harus berlaku lemah lembut kepada keduanya, dengan
harapan agar keduanya kembali kepada Tauhid dan Sunnah.
Bagaimana pun, syirik dan bid’ah adalah sebesar-besar
kemungkaran, maka kita harus mencegahnya semampu kita
dengan dasar ilmu, lemah lembut dan kesabaran. Sambil
terus berdo’a siang dan malam agar orang tua kita diberi
petunjuk ke jalan yang benar.

[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga
Sakinah]

0 komentar:

Posting Komentar