Sabtu, 21 Februari 2015

MENASEHATI SESEORANG ITU SEPERTI BERDIRI DIATAS DURI.

MENASEHATI SESEORANG ITU SEPERTI BERDIRI DIATAS DURI.
(Diumpamakan juga seperti memakan buah simalakama)

فيه فرق بين أن تنصح غيرك وأنت عاجز عن العفل، وبين أن تنصح غيرك و أنت قادر على الفعل"
Perlu dibedakan,
antara Anda menasehati seorang,
sementara Anda belum ada daya untuk melakukan apa yang Anda nasehatkan.
Dengan Anda menasihati seorang, 
sementara Anda mampu melakukan apa yang Anda nasehatkan.

”Jadi ada dua jenis orang dalam masalah ini:
Petama;
adalah orang yang menasehati orang lain,
namun dia belum mampu melakukan amalan ma’ruf yang ia sampaikan, atau meninggalkan kemungkaran yang ia larang.

kedua ;
adalah orang yang menasehati orang lain sementara sejatinya dia mampu untuk melakukan pesan nasehat yang ia sampaikan.
Akan tetapi justru mengabaikan kemampuannya dan ia terjang sendiri nasehatnya,  tanpa ada rasa bersalah dan menyesal.
Ia merasa nyaman dan biasa-biasa saja dengan tindakan kurang terpuji tersebut.

Orang jenis pertama,
dia belum bisa melakukan amalan ma’ruf yang dia perintahkan, karena dia belum memiliki daya untuk melakukannya.
Jadi dia tidak menyengaja dalam hal ini.
Bisa jadi karena hawa nafsunya yang mendominasi,
setelah pertarungan batin dalam jiwanya.
Sehingga, saat ia melanggar sendiri apa yang dia nasehatkan,
dia merasa bersalah dan menyesal atas kekurangannya ini.
Serta senantiasa memperbaharui taubatnya.

Saat ia tergelincir pada larangan yang ia larang,
ia berkata pada dirinya,
“Sampai kapan sampai kapan kamu seperti ini?!

Kamu menasehati orang-orang untuk menjauhi perbuatan ini. sementara kamu sendiri yang melakukannya?!

Tidakkah kamu takut kepada Allah.
”Untuk orang yang seperti ini,
hendaknya ia jngan merasa enggan untuk beramar ma’ruf
dan nahi munkar.
Karena tidak menutup kemungkinan  nasehat yang ia sampaikan, akan membuatnya terpacu untuk melaksanakan amalan ma’ruf yang dia perintahkan, atau meninggalkan kemungkaran yang dia larang.
Hal ini sudah menjadi suatu hal yang lumrah dalam pengalaman semua orang.

Adapun orang jenis kedua,
dia menerjang sendiri pesan nasehatnya,
setelah adanya daya dan kemampuan untuk melakukan nasehat tersebut. Namun justru dia abaikan.

Saat menerjangnya pun,
dia tidak merasa menyesal dan bersalah atas tindakannya tersebut. Orang seperti inilah yang termasuk dalam ancaman ayat di atas.

contoh
seorang ayah merokok di samping anaknya yang dia juga merokok.
Lalu Sang Ayah menasehatikan anaknya,

“Nak,jangan ngrokok.
Ndak baik ngrokok itu..”

Sementara dia sendiri klepas-klepus ngrokok di samping anaknya, tanpa merasa menyesal dan bersalah.

Barangkali makna inilah yang disinggung dalam perkataan para salafus sholih dahulu,
Sa’id bin Jubair mengatakan,;
“Jika tidak boleh melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar,  kecuali orang yang sempurna niscaya tidak ada satupun orang yang boleh melakukannya”.
Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat. (Tafsir Qurthubi, 1/410).

Kamis, 19 Februari 2015

Renungan jumat.....

Renungan jumat.....

Di suatu malam seorang ayah
membacakan cerita utk anak
perempuannya. Setelah
membacakan cerita, si ayah
bertanya kpd anaknya..

"Nak, apa kamu sayang Papa?"

Si anak menjawab, "Tentu saja aku
sayang Papa".

Ayahnya tersenyum lalu bertanya,
"Kalau begitu, boleh Papa minta kalungmu?"

Lalu si anak menjawab,
"Papa, aku sayang Papa tapi aku jg sayang sama kalung ini".

Lalu ayahnya berkata,
"Ya sudah tdk apa2, Papa hanya bertanya saja" Si ayah lalu pergi,
Di malam berikutnya selama 3 hari berturut2 ayahnya menanyakan hal yg sama & si anak pun menjawab dengan kata2 yang sama. Si anak berpikir sambil memegang kalung imitasi kesayangannya itu,

"Kenapa tiba2 Papa mau kalung ini? Ini kalung yang paling aku sayangi, kalung inipun pemberian dari Papa juga".

Malam berikutnya sang ayah
menanyakan hal yang sama, lalu si
anak berkata,
"Papa, Papa tahu aku sayang sama Papa & juga kalung ini. Tapi kalau Papa mau kalung ini, ya sudah aku berikan ke Papa".
Si anak memberikan kalungnya & ayahnya mengambilnya dgn tangan kiri, lalu ayahnya memasukan tangan
kanannya ke saku kanan & mengambil kalung berbentuk sama namun emasnya asli.

Ayahnya mengenakannya pada leher anaknya,
"Anakku, sebetulnya kalung ini sudah ada di saku Papa sejak pertama kali Papa meminta kalungmu, tapi Papa menunggu kamu memberikan sendiri
kalungmu itu & Papa gantikan dgn yang lebih baik & indah."
Si anak pun menangis terharu..

Seringkali kita merasa Tuhan tidak
adil. Dia yang memberikan tapi
kenapa Dia jg yg mengambilnya.
Kita selalu sakit hati, sedih dan
kecewa. Tapi tidakkah kita tahu di
saat Tuhan mengambil sesuatu yg
berharga dari kita, ternyata Tuhan
punya rencana lain. Dia mau
menggantikan yg "LEBIH BAIK"
lagi dr apa yg sudah kita miliki sekarang. ({})

PROPERTY HARAM

PROPERTY HARAM

Anda kagum pada orang yang punya rumah mewah..?
Anda takjub pada orang yang punya kantor megah..?
Jangan buru-buru kagum, terkesima, kesengsem atau takjub. Kenapa..? Pesan Rasulullah :
"Janganlah kalian takjub kepada seseorang yang memperoleh harta dari cara yang haram.." (HR Thabrani)

Mari kita hitung..!
Jika rumah yang dianggap mewah itu seharga Rp. 1 Milyar (padahal saat ini rumah 1 milyar sudah bukan kategori mewah lagi, apalagi ruko)
Maka, berikut adalah itung-itungannya jika seseorang memperolehnya via KPR perbankan ribawi.

Jumlah utang pokok = Rp. 1.000.000.000
Tingkat suku bunga = 13%
Lama pinjaman = 15 tahun

Maka,
Angsuran per bulan (pakai rumus) = Rp. 12.652.422,- Total selama 180 bulan atau 15 tahun = Rp. 2.277.435.000,- Artinya total bunga ribanya saja sebesar Rp 1.277.435.000,- Mari kita hitung besar dosanya..! Rasulullah bersabda,
"Satu dirham harta riba lebih besar dosanya daripada berzina 36x dengan pelacur.." Jika 1 dirham hari ini adalah Rp. 70.000, maka :
Rp. 1.277.435.000 : Rp. 70.000
= 18.249 dirham

Jika 1 dirham riba = 36x zina, maka :
18.249 dirham x 36 zina = 656.966 zina.

Jika 15 tahun itu ada 5.475 hari, maka :
656.966 zina : 5475 hari = 119 zina per hari. "Berapa..?"
"119x berzina setiap hari..!"
"Apa..?"
"119x berzina setiap hari..!"
"Dengan siapa..?"
"Dengan pelacur..!"
"Ngapain..?"
"Berzina..!"
"Enak..?"
"Enak gundulmu..!" JANGAN BANGGA BIKIN DOSA..!

oleh: Muhammad Rosyidi Aziz

Rabu, 18 Februari 2015

♥♥arti sebuah cinta~♥♥

~♥♥arti  sebuah cinta~♥♥


Kata “Cinta” bukan lagi suatu yang asing buat kita. Bahkan setiap orang pernah merasakan cinta, setiap orang memiliki rasa cinta. Apalah jadinya hidup tanpa cinta? Hampa dan hambar, roda peradaban seolah enggan terkayuh, kehidupan seakan berdenyut, nestapa bertahta, duka berkuasa, karenanya cinta adalah anugrah yang patut disyukuri. Cinta kepada wanita, harta, anak, orang tua dan berbergai macam kenikmatan dunia menjadi sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Dan cinta yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabbnya.

Firman Allah Ta’ala,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran: 14)

Perputaran Cinta Mahluk

Berkata Ibnu Qoyyim ada dua bentuk cinta mahluk yaitu:

Cinta yang bermanfaat, itulah hubbullah (Kencitaan kepada Allah Ta’ala), atau al-Hubbu fillah (kecintaan karena Allah Ta’ala), Kecintaan terhadap apa yang membantu untuk taat pada Allah Ta’ala dan menjauhi kemaksitan, dan

Cinta yang membahayakan, itulah al-hubbu ma’allah (Cinta yang menandingi kecintaannya kepada Allah Ta’ala), Cinta terhadap apa yang dibenci  oleh Allah Ta’ala, Cinta yang akan memutus kecintaan dari Allah atau mengurangi cinta Allah Ta’ala.

Firman Allah Ta’ala

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

“Dan di antara manusia, ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintai (tandingan-tandingan) itu sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amatlah dalam cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Allah tidak menjadikan dua hati dalam diri seseorang. Sehingga jika seseorang tidak menjadi hamba Allah Ta’ala maka dia akan menjadi hamba setan atau hamba hawa nafsunya sendiri.

Sungguh indah dua bait syair yang ada dalam biografi para ulama:

Jika cinta orang yang mabuk asmara kepada Laila dan Salma, telah merampas hati dan pikiran

lalu, apa yang dilakukan oleh orang yang kasmaran, yang di dalamnya mengalir rasa cinta kepada Yang Maha tinggi?

Cerita Majnun terhadap Laila yang sangat terkenal itu, menunjukkan bahwa marjun akhirnya dibunuh oleh cintanya kepada Laila. Qorun dibunuh karena kecintaan kepada harta benda. Fir’aun dibunuh oleh cintanya terhadap kedudukan. Tapi Hamzah, Ja’far dan Hanzhalah mati karena cintanya kepada Allah dan Rasulnya. Alangkah jauh jarak yang memisahkan antara keduanya.

Seseorang ketika mencintai, ada konsekuensi terhadap apa yang ia dicintai, boleh jadi menjadi sesuatu yang baik untuk dia dihari kiamat dan boleh jadi cinta itu justru menjadi mala peteka bagi dia diakhirat kelak.  Allah Ta’ala telah mengingatkan mahluk-Nya dalam firman-Nya, yang artinya:

الأخِلاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلا الْمُتَّقِينَ

“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67)

Cinta yang abadi adalah cinta yang dibangun atas dasar taqwa kepada Allah, baik itu cinta dalam hal ibadah, maupun cinta karena tabiat seperti cinta kepada anak dan orang tua. Karena cinta yang tidak didasarkan terahadap ketaqwaan hanya mendatangkan kepiluhan, penyesalan. Maka seseorang hamba hendaknya memperhatikan apa yang ia cintai. dan agar cinta seseorang bermanfaat hendaknya dibangun di atas taqwa.

Hakikat Cinta

Dalam perspektif seorang muslim, cinta pada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, di atas segalanya. Karena itu, ketika Umar bin al-Khatthab radiallahu’anhu menyatakan bahwa cintanya kepada Rasul setara dengan cintanya pada dirinya sendiri, ia pun ditegur. Cinta pada Rasul harus berada diatas cinta pada semua manusia. Cinta pada Allah mutlak di atas cinta pada segala mahluk-Nya.

Cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamadalah bagian dari kecintaan kepada Allah Ta’ala. Mencintai agama yang Allah Ta’ala turunkan merupakan bagian dari kecintaan kepada Allah Ta’ala.

Firman Allah Ta’ala

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah, ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku. Niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali Imran: 31)

Keindahan  cinta

Diantara sumber kebahagian seorang hamba adalah mahabbatullah, kecintaan kepada Allah Ta’ala dan mencintai segala sesuatu yang dicintai oleh-Nya. Mahabbatullah (Kecintaan kepada Allah Ta’ala) adalah salah satu pokok kebaikan dan amalan bermanfaat paling baik dalam hidup manusia. Sebab, siapa saja yang cinta Allah Ta’ala, pasti Allah Ta’ala akan mencintainya. Siapa saja yang beramal dengan syariat-Nya niscaya akan dicintai Allah Ta’ala. Apabila seseorang telah dicintai oleh Allah Ta’ala, tiada sesuatu apapun yang perlu dia khawatirkan.

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, anas bin Malik radillahu’anhu menceritakan “Ketika saya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari masjid, kami bertemu dengan seorang laki-laki di pintu masjid. Dan pria itu bertanya ‘Wahai Rasulullah, kapankah hari kebangkitan?’.” Beliau bertanya, “Apa persiapanmu menghadapi hari kiamat itu?” Lelaki itu seakan merasa bersedih, kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, Saya tidak punya persiapan suatu yang besar baik berupa shalat, puasa, dan sedekah, tetapi saya mencintai Allah dan Rasul- Nya.” Mendengar ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau akan dikumpulkan bersama siapa saja yang engkau cintai.”

Ketika hadits ini didengar oleh  Anas bin Malik lalu didengar oleh  para sahabat, mereka pun sangat  bergembira. Hingga, Anas bin Malik bertutur, “Maka saya pun mencintai Allah, dan (mencintai) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , Abu Bakar, dan Umar, juga saya berharap agar dikumpulkan bersama mereka, walaupun saya tidak beramal seperti  amalan mereka.”

Mengapa para sahabat nabi sangat bergembira mendengar hadist ini. Bahkan digambarkan, mereka belum pernah merasakan kegembiraan setelah masuk Islam melebihi kegembiraan mereka mendengar hadist tersebut. Dikabarkan bahwa kecintaan yang tulus kepada Allah dan Rasul-Nya akan mengantarkan seseorang pada kedudukan yang sedikit sekali bisa dicapai oleh amal. Sebab amal seorang hamba sering dihinggapi penyakit, kelalaian dan kekurangan. Berbeda dengan kecintaan yang tulus pada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya yang terhimpun pada hati seseorang. Hati itu akan mengganti kekurangan amalnya dan menempatkannya pada derajat yang tinggi.

Sungguh, mahabbatullah akan menambah amal yang sedikit, memberkahi usaha yang minim. Tak ada orang yang bersungguh-sungguh lalu menjeput kesuksesannya tanpa kehadiran cinta. Sama halnya tak ada orang yang  amalnya kurang mendapat kebagiaan tanpa cinta.

Gambaran cinta diatas adalah sesuatu yang agung dan mulia. Ibnul Qayyim pernah bertutur tentang mahabbatullah:

Cinta adalah tempat persinggahan yang menjadi ajang perlombaan bagi orang-orang yang bersaing, jadi sasaran mereka beramal, menjadi curahan yang mencinta, dengan sepoi angin cinta, para hamba yang beribadah merasakan ketenangan.

Cinta adalah santapan hati, gizi dan kegemaran jiwa. Cinta ibarat kehidupan, sehingga orang yang tidak memilikinya tak ubahnya jasad tak bernyawa. Cinta adalah pelita. Siapa yang tidak menjaganya, dia ibarat tengah berada dilautan yang gelap gulita.

Cinta adalah obat penawar. Siapa yang tak memilikinya, hatinya dihinggapi beragam penyakit. Cinta adalah kelezatan. Siapa yang tidak merasakannya, maka seluruh hidupnya diwarnai gelisah dan penderitaan.

Pemilik cinta kepada Allah dan Rasululllah akan membawa kemuliaan dunia dan akhirat. Allah Ta’ala telah memutuskan pada hari ditetapkan ketentuan-ketentuan mahluk dengan kehendak dan nikmatNya yang tinggi bahwa kelak seseorang akan bersama orang yang dicintainya.

Melimpahnya nikmat yang diperoleh orang yang mencintai, akan mendapatkan kebagiaan meskipun mereka sedang tidur di atas kudanya. Mereka mendahului kafilah yang berjalan sambil terjaga.

Realisasi sebuah Cinta

Bukan berarti cinta berpisah dari amal, atau yang mencintai tak mematuhi orang yang dicintainya. Setiap amal yang dikerjakan tanpa diiringi cinta, bagaikan jasad yang tidak ada ruh di dalamnya. Begitu pula setiap pengakuan cinta tanpa diserta bukti berupa amalan, tidak dianggap benar cintanya. Bahkan setiap iman yang tidak disertau cinta dan amal dinggap tidak punya hakikat. Para sahabat  adalah contoh sosok pecinta terbaik. Mereka mencinta bukan dalam seujar kalimat. Tapi mengalir dalam kepatuhan dan ketakwaan.

Bernarlah gubahan seorang penyair,

“Seandainya cintamu benar pastilah engkau menaatinya. Sungguh, pecinta selalu taat pada yang dicintanya”

Ibnu Qayyim mengatakan bahwa di antara sebab-sebab untuk meraih kecintaan kepada Allah Ta’ala:

Membaca Al Qur’an dengan memahami maknanya serta merenungkan kandungannya
Mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan amalan-amalan sunnah setelah amalan fardhu
Terus-menerus berdzikir dalam setiap keadaan dengan hati, lisan dan perbuatan
Mencintai Allah Ta’ala di atas segalanya
Mencintai Allah Ta’ala dengan memahami nama-nama, Sifat-sifat dan Perbuatan Allah
Mengakui karunia dan nikmat Allah lahir dan batin
Memiliki hati yang luluh dan khusyu di hadapan Allah Ta’ala
Berkhalwat (menyendiri dalam bermunajat) dan beribadah kepada Allah Ta’ala dengan hati khusyu dan penuh adab
Bergaul dengan orang yang sungguh-sungguh mencitai Allah Ta’ala
Meruntuhkan tembok penghalang hati dengan Allah Ta’ala
Cinta adalah tiket menuju ke surga. Impian setiap mukmin, yang tak mungkin teraih kecuali lewat upaya dan pengorbanan.  Sehingga hendaknya kita bersungguh-sungguh  membuktikan kecintaan, keiklasan dan ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Kita adalah mahluk yang lemah, yang hati kita berada diantara dua jemari Allah Ta’ala, maka hendaknya kita selalu memohon pertolongan kepada Allah, bahkan Allah Ta’ala sendiri yang mengajari Nabi dalam hadist Qudsi sebuah doa untuk meraih cinta-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Azza wa Jala, mendatangiku – dalam mimipi – Dia berfirman kepadaku: “Wahai Muhammad, ucapkanlah ‘Ya Allah seseungguhnya aku mohon cinta-Mu, cinta orang mencintai-Mu, dan amal yang membawaku untuk mencinta-Mu” (HR. Ahmad dan Trimidzi, Hadits Hasan).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan “Ketahuilah bahwa yang menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta, takut, dan harapan. Dan yang paling kuat adalah cinta, dan cinta itu sendiri merupakan tujuan karena akan didapatkan di dunia dan akhirat.”





Aku hanya wanita biasa (Catatan hati muslimah)

Aku hanya wanita biasa (Catatan hati muslimah)
Kepadamu yang akan menjadi pendampingku kelak..
Terimakasih karena telah memilihku di antara ribuan bidadari di luar sana yang siap untuk kau pilih.. Padahal kau begitu tahu, aku hanya wanita biasa, yang sangat jauh dari sempurna.
Karenanya ku ingin kau tahu, aku bukan wanita yang sempurna, aku begitu banyak kekurangan. Maka ketahuilah..

Kepadamu yang akan memilihku kelak..

Aku tak sebijak bunda khadijah, karenanya ku ingin kau tahu, aku bisa saja berbuat salah dan begitu menyebalkan. Maka ku mohon padamu, bijaklah dalam menghadapiku, jangan marah padaku, nasihati aku dengan hikmah, karena bagiku kaulah pemimpinku, tak akan berani ku membangkang padamu..

Duhai kau yang telah memilihku kelak.. Ingatlah, tak selamanya aku dapat tampak cantik di matamu, ada kalanya aku akan begitu kusam dan jelek. Mungkin karena aku begitu sibuk berjibaku di dapur, menyiapkan makan untuk kau dan malaikat-malaikat kita nanti –insya’Allah-. Maka aku akan tampak kotor dan berbau asap. Atau karena seharian ku harus membenahi istana kecil kita, agar kau dan malaikat kita dapat tinggal dengan nyaman dan sehat. Maka mungkin aku tak sempat berdandan untuk menyambutmu sepulang bekerja.. Ataukah kau akan menemukanku terkantuk kantuk saat mendengar keluhan dan ceritamu, bukan karena aku tak suka menjadi tempatmu menumpahkan segala rasamu, tapi karena semalam saat kau tertidur dengan nyenyak, aku tak sedetikpun tertidur karena harus menjaga malaikat kecil kita yang sedang rewel, dan ku tau kau letih mengais rezeki untuk kami maka tak ingin ku mengusik sedikit pun lelapmu.. Jadi jika esok pagi kau mendapatiku begitu letih dan ada lingkaran hitam di mataku, maka tetaplah tersenyum padaku, karena kau adalah kekuatanku..

Padamu yang menjadi nahkoda dalam hidupku kelak..

Ketahuilah, aku tak sesabar Fatimah, ada kalanya kau akan menemukanku begitu marah, menangis dan tak terkontrol, bukan karena ku membangkang padamu, tapi aku hanya wanita biasa, aku juga butuh tempat untuk menumpahkan beban di hatiku, tempat untuk melepaskan penatku, dan mungkin saat itu aku tak menemukanmu, atau kau begitu sibuk dengan pekerjaanmu, maka bersabarlah, yang ku butuhkan hanya pelukan dan belaianmu.. Karena bagiku kau adalah tetesan embun yang mampu memadamkan segala resahku..

Ataukah ada kalanya tanganku akan mencubit dan memukul pelan si kecil karena lelah dan penatku di tambh rengekannya yang tak habis-habisnya. Sungguh bukan karena ku ingin menyakitinya, tapi kadang aku kehabisan cara untuk menenangkan hatinya. Maka jangan membentakku karena telah menyakiti buah hati kita, tapi cukup kau usap kepalaku, dan bisikkan kata sayang di telingaku, karena dengan itu ku tau kau selalu menghargai semua yang ku lakukan untuk kalian, dan kau akan menemukanku menangis menyesali perlakuanku pada malaikat kita, dan aku akan merasakan ribuan kali rasa sakit dari cubitan yang ku berikan padanya, dan aku akan berjanji tak akan mengulanginya lagi..

Padamu yang menjadi imam dalam hidupku kelak..

Ketahuilah, aku tak secerdas aisyah.. Maka jangan pernah bosan mengajariku, membimbingku ke arah-Nya, walau kadang aku begitu bebal dan bodoh, tapi jangan pernah letih mengajariku.. Jangan segan membangunkanku di sepertiga malam untuk bersamamu bermunajat pada Kekasih yang Maha Kasih.. Jangan letih mengingatkanku untuk terus bersamamu mendulang pahala dalam amalan-amalan sunnah.. Bimbing tanganku ke JannahNya, agar kau dan aku tetap bersatu di dalamnya.

Padamu yang menjadi kekasih hati dan teman dalam hidupku..

Seiring berjalannya waktu, kau akan menemukan rambutku yang dulu hitam legam dan indah, akan menipis dan memutih. Kulitku yang bersih akan mulai keriput. Tanganku yang halus akan menjadi kasar.. Dan kau tak akan menemukanku sebagai wanita cantik, yang kau khitbah puluhan tahun yang lalu.. Bukan wanita muda yang selalu menyenangkan matamu.. Maka jangan pernah berpaling dariku.. Karena satu yang tak pernah berubah, bahkan sejak dulu akan terus bertambah dan kian membuncah, yaitu rasa cintaku padamu..

Ketahuilah.. Tiap harinya, tiap jam, menit dan detiknya, telah aku lewati dengan selalu jatuh cinta padamu..
Maka, cintailah aku, dengan apa adanya aku.. Jangan berharap aku menjadi wanita sempurna.. Maafkan aku karena aku bukan putri.. Aku hanya wanita biasa..

BERAPA HARGA ANAK KITA? (Sebuah Renungan)

BERAPA HARGA ANAK KITA?
(Sebuah Renungan)

Berapa harga anakmu? Bingung pasti... Karena nilai anak tak bisa diukur dengan materi, tak ternilai..! Tapi benarkah anak itu tak ternilai?

Kadang atau mungkin seringkali anak bernilai sangat rendah di mata orangtua.. Kadang dia lebih rendah dari sebuah guci kristal.
Ketika guci itu pecah tanpa sengaja, maka rasa marah kemudian memecahkan perasaan anak, merendahkan nilai anak....
guci lebih berharga saat itu..! Kadang dia lebih rendah nilainya dari sebuah mangkok atau piring..
Yang jika pecah, suara kemudian meninggi memecahkan hati sang anak.. Atau lebih rendah dari semangkok sayur yang tertumpah, karena tangan kecilnya berusaha membantu ibu di dapur.

Mata yang melotot terasa lebih pantas walaupun harus menumpahkan air mata sang anak...! Atau lebih rendah dari sebuah mobil baru yang jika tergores, maka goresannya dianggap lebih berbahaya ketimbang goresan luka di hati sang anak... Kadang anak jg lebih rendah nilainya dibanding facebook atau pertandingan bola.... sehingga lebih banyak waktu dan keseriusan yang dihabiskan untuk facebook dan nonton bola ketimbang mendengarkan cerita anaknya di sekolah.. Kadang anak lebih rendah nilainya dari handphone.. "gak boleh nanti rusak...!"
kekhawatiran HP rusak lebih besar dibanding kekhawatiran rusaknya perasaan sang anak. 〰〰〰〰〰〰〰〰
Berapa nilai anak bagi kita?
Adalah sejauh keikhlasan kita menahan diri hingga tidak merusak hatinya.... Adalah sejauh kemampuan kita menempatkan harga dirinya jauh diatas benda-benda mati yang kita miliki...
Benda itu tidak akan menolong kita di yaumil akhir..! Sementara anak, adalah investasi kita dihadapan Allah.

Dia yg akan memperpanjang usia historis kita dengan doa dan amal sholih yang kita ajarkan dan dia melakukannya.. ��Ya Allah...jika ada keburukan akhlak kami ketika membesarkannya...
hilangkanlah dari ingatan anak2 kami...
hilangkan jejak2 keburukan dari tangan, mata atau mulut kami.

Kami hanya penitipan, sesungguhnya Engkau akan mengambil titipanMu.
والله أعلم

Selasa, 17 Februari 2015

PERISTIWA-PERISTIWA DI ALAM KUBUR

PERISTIWA-PERISTIWA DI ALAM KUBUR

Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [Ali Imrân/3:185]

Allâh Azza wa Jalla memberikan pemberitaan umum kepada seluruh makhluk, bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian. Hanya Allâh Yang Maha Hidup, tidak akan mati. Adapun jin, manusia, malaikat, semua akan mati.

Kematian merupakan hakekat yang menakutkan. Dia akan mendatangi seluruh orang yang hidup dan tidak ada yang kuasa menolak maupun menahannya. Maut merupakan ketetapan Allâh Azza wa Jalla Ini adalah hakekat yang sudah diketahui. Maka sepantasnya kita bersiap diri menghadapinya dengan iman sejati dan amal shalih yang murni.

Di dalam tulisan ini insya Allah akan kami sampaikan beberapa peristiwa yang terjadi di alam kubur sehingga menjadikan kita lebih waspada dalam menjalani kehidupan dunia ini agar selamat di alam kubur.

ALAM KUBUR MENAKUTKAN

Hani’ Radhiyallahu anhu , bekas budak Utsmân bin Affân Radhiyallahu anhu , berkata,

"Kebiasaan Utsman Radhiyallahu anhu jika berhenti di sebuah kuburan, beliau menangis sampai membasahi janggutnya. Lalu beliau Radhiyallahu anhu ditanya, ‘Disebutkan tentang surga dan neraka tetapi engkau tidak menangis. Namun engkau menangis dengan sebab ini (melihat kubur), (Mengapa demikian?)’

Beliau, ‘Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(yang artinya) ‘Kubur adalah persinggahan pertama dari (persinggahan-persinggahan) akhirat. Bila seseorang selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih mudah darinya; bila seseorang tidak selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih berat darinya.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur.’”

[HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah; dihasankan oleh syaikh al-Albâni]

Karena fase setelah kubur lebih mudah bagi yang selamat, maka ketika melihat surga yang disiapkan Allâh Azza wa Jalla dalam kuburnya, seorang Mukmin mengatakan, “Ya Rabb, segerakanlah kiamat agar aku kembali ke keluarga dan hartaku.”
Sebaliknya, orang-orang kafir, ketika melihat adzab pedih yang disiapkan Allâh Azza wa Jalla baginya, ia berseru, “Ya Rabb, jangan kau datangkan kiamat.” Karena yang akan datang setelahnya lebih pedih siksanya dan lebih menakutkan.

GELAPNYA ALAM KUBUR

Hal ini ditunjukkan oleh hadits shahih :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ الْمَسْجِدَ - أَوْ شَابًّا - فَفَقَدَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَ عَنْهَا - أَوْ عَنْهُ - فَقَالُوا مَاتَ. قَالَ « أَفَلاَ كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِى ». قَالَ فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوا أَمْرَهَا - أَوْ أَمْرَهُ - فَقَالَ « دُلُّونِى عَلَى قَبْرِهِ ». فَدَلُّوهُ فَصَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلاَتِى عَلَيْهِمْ ».

Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa seorang wanita hitam atau seorang pemuda biasa menyapu masjid Nabawi pada masa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mendapatinya sehingga beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menanyakannya.

Para sahabat menjawab, ‘Dia telah meninggal’. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, ‘Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?’ Abu Hurairah berkata, ‘Seolah-olah mereka meremehkan urusannya’.

Beliau shallallahu 'allaihi wa sallam bersabda, ‘Tunjukkan kuburnya kepadaku’. Lalu mereka menunjukkannya, beliau pun kemudian menyalati wanita itu, lalu bersabda, “Sesungguhnya kuburan-kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi para penghuninya, dan sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala menyinarinya bagi mereka dengan shalatku terhadap mereka.” [HR. Bukhari, Muslim, dll]

HIMPITAN ALAM KUBUR

Setelah mayit diletakkan di dalam kubur, maka kubur akan menghimpit dan menjepit dirinya. Tidak seorang pun yang dapat selamat dari himpitannya. Beberapa hadits menerangkan bahwa kubur menghimpit Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu anhu , padahal kematiannya membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit terbuka, serta malaikat sebanyak tujuh puluh ribu menyaksikannya.

Dalam Sunan an-Nasâ’i diriwayatkan dari Ibn Umar Radhiyallahu anhuma bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

هَذَا الَّذِى تَحَرَّكَ لَهُ الْعَرْشُ وَفُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَشَهِدَهُ سَبْعُونَ أَلْفًا مِنَ الْمَلاَئِكَةِ لَقَدْ ضُمَّ ضَمَّةً ثُمَّ فُرِّجَ عَنْهُ

Inilah yang membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit dibuka, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh ia dihimpit dan dijepit (oleh kubur), akan tetapi kemudian dibebaskan.”

[Dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah ; Lihat Misykâtul Mashâbîh 1/49; Silsilah ash-Shahîhah, no. 1695]

Dalam Musnad Ahmad diriwayatkan dari ‘Aisyah bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ لِلْقَبْرِ ضَغْطَةً وَلَوْ كَانَ أَحَدٌ نَاجِياً مِنْهَا نَجَا مِنْهَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ

Sesungguhnya kubur memiliki himpitan yang bila seseorang selamat darinya, maka (tentu) Saad bin Muâdz telah selamat.
[HR. Ahmad, no. 25015; 25400; Dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni di dalam Shahîhul Jâmi’ 2/236]

Himpitan kubur in akan menimpa semua orang, termasuk anak kecil. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَوْ أَفْلَتَ أَحَدٌ مِنْ ضَمَّةِ الْقَبْرِ لَنَجَا هَذَا الصَّبِيُّ

Seandainya ada seseorang selamat dari himpitan kubur, maka bocah ini pasti selamat
[Mu'jam ath-Thabrani dari Abu Ayyub Radhiyallahu anhu dengan sanad shahih dan riwayat ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahihul Jâmi, 5/56]

FITNAH (UJIAN) KUBUR

Jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kubur, dua malaikat akan mendatanginya dan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Inilah yang dimaksud dengan fitnah (ujian) kubur.

Dalam hadits shahih riwayat Imam Ahmad rahimahullah dari sahabat al-Barro bin ‘Azib Radhiyallahu anhu , Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ:فَيَقُولَانِ لَهُ : مَنْ رَبُّكَ ؟ فَيَقُولُ: رَبِّيَ اللَّهُ فَيَقُولَانِ لَهُ : مَا دِينُكَ ؟ فَيَقُولُ: دِينِيَ الْإِسْلَامُ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ ؟ فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولَانِ لَهُ : وَمَا يُدْرِيْكَ ؟ فَيَقُولُ: قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي السَّمَاءِ: أَنْ قَدْ صَدَقَ عَبْدِيفَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ (وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ) وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ , قَالَ: فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ قَالَ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ الثِّيَابِ طَيِّبُ الرِّيحِ فَيَقُولُ : أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ , فَيَقُولُ لَهُ : مَنْ أَنْتَ , فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ, فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ, فَيَقُولُ: رَبِّ أَقِمِ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي

Kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya, lalu keduanya bertanya, “Siapakah Rabbmu ?” Dia (si mayyit) menjawab, “Rabbku adalah Allâh”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apa agamamu?”Dia menjawab: “Agamaku adalah al-Islam”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab, “Beliau utusan Allâh”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah ilmumu?” Dia menjawab, “Aku membaca kitab Allâh, aku mengimaninya dan membenarkannya”.

Lalu seorang penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari surga), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga.
Maka datanglah kepadanya bau dan wangi surga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya sejauh mata memandang. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan, “Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (kebaikan)”.

Maka ruh orang Mukmin itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang shalih”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, tegakkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali kepada istriku dan hartaku”.

●Pertanyaan ini juga dilontarkan kepada orang kafir, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ : مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُولُ : هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا دِينُكَ ؟ فَيَقُولُ : هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ فَافْرِشُوا لَهُ مِنَ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلَاعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوءُكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ, فَيَقُولُ: مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالشَّرِّ فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ فَيَقُولُ رَبِّ لَا تُقِمِ السَّاعَةَ

Kemudian ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya. Dan dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah Rabbmu?” Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah agamamu?” Dia menjawab, “Hah, hah, aku tidak tahu”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?”Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”.
Lalu penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka." Maka panas neraka dan asapnya datang mendatanginya. Dan kuburnya disempitkan, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan.

Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang menyusahkanmu ! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan) kepadamu”. Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”.
[Lihat Shahîhul Jâmi’ no: 1672]

Dari hadits yang telah dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pertanyaan dalam kubur berlaku untuk umum, baik orang Mukmin maupun kafir.

ADZAB DAN NIKMAT KUBUR

Banyak sekali hadits yang menjelaskan keberadaan adzab dan nikmat kubur. Hal ini telah disepakati oleh Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah.

Imam Ibnu Abil ‘Izzi rahimahullah , penulis kitab al-Aqîdah ath-Thahâwiyah, berkata, “Telah mutawatir hadits-hadits dari Rasûlullâh tentang keberadaan adzab dan nikmat kubur bagi orang yang berhak mendapatkannya; Demikian juga pertanyaan dua malaikat. Oleh karena itu, wajib meyakini dan mengimani kepastian ini.
Dan kita tidak membicarakan bagaimana caranya, karena akal tidak memahami bagaimana caranya, karena keadaan itu tidak dikenal di dunia ini. Syari’at tidaklah datang membawa perkara yang mustahil bagi akal, tetapi terkadang membawa perkara yang membingungkan akal. Karena kembalinya ruh ke jasad (di alam kubur) tidaklah dengan cara yang diketahui di dunia, namun ruh dikembalikan ke jasad dengan cara yang berlainan dengan yang ada di dunia.”

[Kitab Syarah al-Aqîdah ath-Thahâwiyah, hlm.450; al-Minhah al-Ilâhiyah fii Tahdzîb Syarh ath-Thahâwiyah, hlm. 238]

●Kalangan atheis dan orang-orang Islam yang mengikuti pendapat para filosof mengingkari adanya adzab kubur. Mereka beralasan bahwa setelah membongkar kubur, mereka tidak melihat sama sekali apa yang diberitakan oleh nash-nash syariat.

Mereka semua tidak mempercayai apa yang di luar jangkauan ilmu mereka. Mereka mengira bahwa penglihatan mereka dapat melihat segala sesuatu dan pendengaran mereka dapat mendengar segala sesuatu, padahal kita saat ini telah mengetahui beberapa rahasia alam yang oleh penglihatan dan pendengaran kita tidak dapat menangkapnya.

●Adapun orang-orang yang beriman kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan membenarkan berita-Nya.

Di dalam al-Qur’ân terdapat isyarat-isyarat yang menunjukkan adanya adzab kubur. Antara lain adalah Firman Allâh Azza wa Jalla tentang Fir’aun dan kaumnya :

وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ ﴿٤٥﴾ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh adzab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (dikatakan kepada malaikat), "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras".
[al-Mukmin/40: 45-46]

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini,

“Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh adzab yang amat buruk”, yaitu tenggelam di lautan, kemudian pindah ke neraka Jahim. "Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang”, sesungguhnya ruh-ruh mereka dihadapkan ke neraka pada waktu pagi dan petang sampai hari kiamat. Jika hari kiamat telah terjadi ruh dan jasad mereka berkumpul di neraka. Oleh karena inilah Allâh Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “dan pada hari terjadinya kiamat. (dikatakan kepada malaikat), "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras", yaitu kepedihannya lebih dahsyat dan siksanya lebih besar. Dan ayat ini merupakan fondasi yang besar dalam pengambilan dalil Ahlus Sunnah terhadap adanya siksaan barzakh di dalam kubur, yaitu firmanNya ‘Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang’.

[Tafsir surat al-Mukmin/40: 45-46]

Imam al-Qurthubi t mengatakan, “Mayoritas Ulama menyatakan bahwa penampakan nereka itu terjadi di barzakh, dan itu merupakan dalil penetapan adanya siksa kubur”.
[Fathul Bâri 11/233]

SEBAB-SEBAB SIKSA KUBUR[1]

Sebab-sebab yang menjadikan seseorang mendapatkan siksa kubur ada dua bagian,

○mujmal (global) dan
○mufash-shal (rinci).

Sebabnya secara mujmal (global), yaitu
■kebodohan terhadap Allâh Azza wa Jalla ,
■menyia-nyiakan perintah-Nya, dan menerjang larangan-Nya.

Sedangkan sebabnya secara mufash-shal (rinci),
■adalah perkara-perkara yang dijelaskan oleh nash-nash sebagai sebab siksa kubur.

Di sini akan kami sebutkan di antara sebab mufash-shal sehingga kita bisa menjauhinya:

●1. Namimah, yaitu menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain untuk merusak hubungan mereka.

●2. Tidak menutupi diri ketika buang hajat.
●3. Ghulul, yaitu mengambil harta rampasan perang sebelum dibagi oleh imam.
●4. Dusta.

●5. Memahami al-Qur’ân namun tidak mengamalkannya.

●6. Zina

●7. Riba

●8. Mayit yang ditangisi keluarganya, jika mayit tersebut tidak melarang sebelumnya.

HAL-HAL YANG MENYELAMATKAN DARI SIKSA KUBUR

Perkara yang akan menyelamatkan seseorang dari adzab kubur adalah orang yang mempersiapkan diri sebelum menghadapi kematian yang datang tiba-tiba.

Di antara persiapan menghadapi maut adalah
■segera bertaubat,
■menunaikan kewajiban syariat,
■memperbanyak amal shalih,
■memperbaiki akidah,
■berjihad,
■berbuat baik pada orang tua,
■menyambung silaturahim, dan amal-amal shalih lainnya.

Dengan amalan tersebut Allâh Azza wa Jalla memberinya jalan keluar dari tiap kesulitan dan kesusahan.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dengan mengutip hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Abu Hâtim dalam shahih-nya,

■“Sesungguhnya orang mati dapat mendengar suara langkah kaki orang-orang yang pergi meninggalkannya.
■Jika ia seorang Mukmin, maka shalat berada di dekat kepalanya, puasa berada di sebelah kanannya, zakat disebelah kirinya, perbuatan baik seperti berkata benar, silaturahim, dan perbuatan baik kepada manusia berada di dekat kaki.
■Ia lalu didatangi (oleh malaikat) dari arah kepalanya, maka shalat berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’
■Kemudian ia didatangi dari sebelah kanan, maka puasa berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’
■Kemudian ia didatangi dari sebelah kiri, maka zakat berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’
■Kemudian ia didatangi dari arah kedua kakinya, maka perbuatan baik, seperti berkata benar, silaturahim, dan berbuat baik kepada manusia, berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’
■Lalu dikatakan kepadanya, ‘Duduklah.’ Ia pun duduk. Kepadanya ditampakkan bentuk serupa matahari yang hampir terbenam. Ia ditanya, ‘Siapa lelaki ini yang dulu bersama kalian? Apa pendapatmu tentangnya?’ Ia menjawab, ‘Tinggalkan aku, aku ingin shalat.’ Mereka menyahut, ‘Sungguh kamu akan melakukannya, tetapi jawablah pertanyaan kami.’ Ia berkata, ‘Apa pertanyaan kalian?’
Mereka menanyakan, ‘Apa pendapatmu tentang lelaki ini yang dulu bersama kalian? Apa persaksianmu terhadapnya?’ Ia menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa ia adalah utusan Allâh, dan dia membawa kebenaran dari Allâh.’ Lalu dikatakan kepadanya, ‘Dengan dasar keimanan itulah kau telah hidup, dan dengan dasar itu kau telah mati, dan dengan dasar itu pula kau akan dibangkitkan, insya Allâh.’ Kemudian dibukakan baginya pintu surga, lalu dikatakan kepadanya, ‘Ini tempat tinggalmu di surga dan segala yang telah Allâh siapkan untukmu.’ Ia bertambah senang dan gembira.
■Kemudian dibukakan pintu neraka, dan dikatakan, ‘Itu adalah tempat tinggalmu dan segala yang telah Allâh siapkan untukmu (jika kau mendurhakai-Nya).’ Ia bertambah senang dan gembira. Kemudian kuburnya diluaskan seluas tujuh puluh hasta dan diterangi cahaya, jasadnya dikembalikan seperti semula, dan ruhnya dijadikan di dalam penciptaan yang baik, yaitu burung yang bertengger di pohon surga.”

MEMOHON PERLINDUNGAN KEPADA ALLAH DARI FITNAH DAN ADZAB KUBUR

Fitnah (ujian) dan adzab kubur adalah masalah besar, sehingga Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan dari hal itu, baik dalam shalat maupun di luar shalat. Beliau pun sangat menekankan kepada umatnya untuk memohon perlindungan kepada Allâh dari segala fitnah dan azab kubur.

ORANG-ORANG YANG TERPELIHARA DARI UJIAN DAN SIKSA KUBUR

Sebagian kaum Mukmin yang melakukan amal-amal besar atau tertimpa musibah besar akan terjaga dari fitnah atau ujian dan azab kubur, Diantara mereka :

●Pertama : Orang yang mati syahid.

an-Nasâ’i rahimahullah meriwayatkan dalam Sunan-nya bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Ya Rasûlullâh, mengapa kaum Mukmin diuji dalam kubur kecuali yang mati syahid?” Beliau menjawab, “Cukuplah baginya ujian kilatan pedang di atas kepalanya.” [Dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah. Lihat Shahîhul Jâmi’ 4/164]

●Kedua : Seseorang yang gugur ketika bertugas jaga di jalan Allah

Fadhdhalah ibn Ubaid meriwayatkan dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bahwa beliau bersabda,

“Setiap orang yang meninggal amalnya ditutup, kecuali yang meninggal ketika bertugas jaga di jalan Allâh. Amalnya terus tumbuh sampai hari kiamat dan ia akan aman dari fitnah kubur.”

[HR. Tirmidzi dan Abu Dawud; dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah. Lihat Misykâtul Mashâbîh 2/355]

●Ketiga : Seseorang yang meninggal hari Jum’at

Dalam hadits Abdullah ibn Amru, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap Muslim yang meninggal pada hari Jum’at akan dijaga oleh Allah dari fitnah kubur.”
[HR. Ahmad dan Tirmidzi; Dinyatakan kuat oleh syaikh al-Albâni rahimahullah dalam Ahkâmul Janâiz, hlm. 35]

●Keempat : Seseorang yang meninggal karena sakit perut

Abdullah bin Yasar Radhiyallahu anhu berkata, “Aku pernah duduk bersama Sulaiman bin Shard dan Khalid ibn ‘Urafthah. Mereka menceritakan bahwa ada seorang lelaki yang meninggal karena sakit perut. Keduanya ingin menyaksikan jenazahnya. Salah satunya mengatakan kepada yang lain, ‘Bukankah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Orang yang meninggal karena sakit perut tidak akan diadzab di dalam kubur.’ Yang satunya menjawab, ‘Engkau benar.’

[HR. an-Nasa’i dan Tirmidzi; dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah]

(Sumber: al-Qiyâmah Shugra, hlm. 41-72, karya Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar, dengan beberapa tambahan dari rujukan yang lain)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XV/1433H/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_____
Footnote
Lihat al-Qiyâmah Shughra, hlm. 57

http://almanhaj.or.id/content/3830/slash/0/peristiwa-peristiwa-di-alam-kubur/

Senin, 16 Februari 2015

motivasi resolusi

Don’t make excuses, make results!
( Jangan buat alasan, buat lah hasil! )

If you don’t build your dreams, someone else will hire you to build their dreams.
( Jika kamu tidak membangun mimpimu, orang lain akan memperkerjakanmu untuk membangun mimpi mereka )

You can’t be good enough for everybody, but you always be the best for the one who deserves you.
( Kamu tidak dapat menjadi yang terbaik buat setiap orang, tetapi kamu selalu dapat menjadi yang terbaik untuk orang yang menghargai dirimu )

If you change the way you look at things, the things you look at will change!
( Jika kamu mengubah sudut pandang mengenai sesuatu hal, sesuatu yang kamu lihat akan berubah )

If you want happiness for an hour, take a nap. If you want happiness for a day, go fishing. If you want happiness for a year, inherit a fortune. But if you want happiness for a lifetime, help someone else.
( Jika kamu ingin kebahagiaan dalam 1 jam, pergilah tidur. Jika kamu ingin kebahagiaan dalam 1 hari, pergilah memancing. Jika kamu ingin kebahagiaan dalam 1 tahun, mintalah warisan. Jika kamu ingin kebahagiaan seumur hidupmu, bantulah orang lain. )

There is always something to be thankful for..
( Selalu ada hal yang dapat disyukuri )

Jumat, 13 Februari 2015

JIKA ANDA TERTARIK WANITA LAIN, BACALAH NASEHAT ULAMA INI

JIKA ANDA TERTARIK WANITA LAIN, BACALAH NASEHAT ULAMA INI

Salah satu godaan pria yang telah menikah adalah ketika ada wanita yang tampak lebih cantik, lebih menarik, dan tampak lebih-lebih lainnya daripada istrinya.

Rumput tetangga kelihatan lebih hijau. Demikian kata pepatah yang agaknya menggambarkan godaan ini. Meskipun sejatinya wanita tersebut tak lebih baik dari istrinya sendiri, tidak sedikit pria yang kemudian salah langkah.

Bagaimana pria muslim menghadapi godaan tersebut? Berikut ini nasehat Ibnu Jauzi dalam kitab monumentalnya, Shaidul Khatir

“Terkadang seorang pria melihat seorang wanita yang ia merasa wanita itu lebih cantik dari istrinya. Dalam benaknya, yang muncul hanya hal-hal yang indah dan menarik dari wanita itu. Pikirannya hanya berisi sisi-sisi baik wanita itu. Lalu ia pun berusaha menikahinya.

Jika keinginannya itu tercapai, wanita itu telah menjadi istrinya, ia pun mulai melihat kekurangan yang selama ini tidak tampak dan tak pernah terpikirkan. Ia pun kemudian merasa bosan. Ada penyesalan. Ternyata istri kedua ini agamanya kurang bagus, atau cintanya jauh dari sempurna, atau kurang bisa mengurus rumah tangga. Sehingga apa yang tadinya dibayangkan tenggelam oleh kekurangan yang kini tampak nyata.

Karena itu, seyogyanya pria berakal itu konsentrasi pada istrinya saja. Ia meminta dan memfasilitasi istri untuk mempercantik diri. Setelah itu pejamkan mata dari mencari-cari kekurangannya. Insya Allah hatinya tenteram.”

Masya Allah… demikianlah nasehat Ibnu Jauzi. Sebuah nasehat yang jika diamalkan, insya Allah para suami merasa puas dan bersyukur dengan istrinya dan tidak tergoda wanita lainnya.

Seperti rumus cinta Anis Matta, pertama kali seorang suami memberikan perhatian kepada istrinya. Ia menerima apa adanya. Ia mensyukurinya. Dalam hal kecantikan, seperti apa kondisi istri disyukuri. Tetapi tidak berhenti di situ. Dilanjutkan dengan penumbuhan. Agar makin cantik dan membuat mata suami tak tergoda wanita lain, istri difasilitasi; kosmetik, perawatan kecantikan, perawata kebugaran, busana, dan sejenisnya.

Kalaupun sekali waktu tanpa sengaja ia bertemu dengan wanita yang menarik hatinya dan memancing syahwatnya, ia segera pulang untuk menemui istrinya sebagaimana sabda Nabi:

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَأَعْجَبَتْهُ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ مَعَهَا مِثْلَ الَّذِي مَعَهَا

“Jika engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka segeralah datangi istrimu. Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal seperti yang dimiliki oleh wanita itu.” (HR. Tirmidzi)

Wallahu a’lam bish shawab. 

10 CARA RASULULLAH MENJEMPUT RAHMAT ALLAH

10 CARA RASULULLAH MENJEMPUT RAHMAT ALLAH

Suatu hari Baginda Nabi Muhammad SAW didatangi Jibril, kemudian berkata, “Wahai Muhammad, ada seorang hamba Allah yang beribadah selama 500 tahun di atas sebuah bukit yang berada di tengah-tengah lautan. Di situ Allah SWT mengeluarkan sumber air tawar yang sangat segar sebesar satu jari, di situ juga Allah SWT menumbuhkan satu pohon delima, setiap malam delima itu berbuah satu delima.Setiap harinya, hamba Allah tersebut mandi dan berwudhu pada mata air tersebut. Lalu ia memetik buah delima untuk dimakannya, kemudian berdiri untuk mengerjakan shalat dan dalam shalatnya ia berkata: “Ya Allah, matikanlah aku dalam keadaan bersujud dan supaya badanku tidak tersentuh oleh bumi dan lainnya, sampai aku dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bersujud”.Maka Allah SWT menerima doa hambanya tersebut. Aku (Jibril) mendapatkan petunjuk dari Allah SWT bahwa hamba Allah itu akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bersujud. Maka Allah SWT menyuruh: “Masukkan hamba-Ku ini ke dalam surga karena rahmat-Ku”. Akan tetapi, hamba tersebut berkata: “Ya Allah, masukkan aku ke dalam surga karena amal ibadahku”.Maka Allah SWT menyuruh lagi: “Masukkan hamba-Ku ini ke dalam surga karena rahmat-Ku”. Akan tetapi, hamba tersebut berkata lagi: “Ya Allah, masukkan aku ke dalam surga karena amal ibadahku”. Untuk yang ketiga kalinya Allah SWT menyuruh lagi: “Masukkan hamba-Ku ini ke dalam surga karena rahmat-Ku”. Akan tetapi, hamba tersebut pun berkata lagi: “Ya Allah, masukkan aku ke dalam surga karena amal ibadahku”.Maka Allah SWT menyuruh malaikat agar menghitung seluruh amal ibadahnya selama 500 tahun dengan nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya. Setelah dihitung-hitung ternyata kenikmatan Allah SWT tidak sebanding dengan amal ibadah hamba tersebut selama 500 tahun. Maka Allah SWT berfirman: “Masukkan ia ke dalam neraka”. Maka ketika malaikat akan menariknya untuk dijebloskan ke dalam neraka, hamba tersebut berkata lagi: “Ya Allah, masukkan aku ke dalam surga karena rahmat-Mu. (HR Sulaiman Bin Harom, dari Muhammad Bin Al-Mankadir, dari Jabir RA).

Dari kisah di atas, jelaslah bahwa seseorang bisa masuk surga karena rahmat Allah SWT, bukan karena banyaknya amal ibadah. Lantas muncul pertanyaan, bagaimana dengan amal ibadah yang kita lakukan setiap hari, seperti shalat, zakat, sedekah, puasa, dan amalan-amalan lainnya tidak ada arti? Jangan salah persepsi. Sungguh, tidak ada amal ibadah yang sia-sia, amal ibadah adalah sebuah proses atau alat untuk menjemput rahmat Allah SWT. Karena rahmat Allah tidak diobral begitu saja kepada manusia. Akan tetapi, harus diundang dan dijemput.
Rasulullah SAW mengajarkan kepala umatnya beberapa cara agar rahmat Allah itu bisa diraih.

Pertama, berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah SWT dengan menyempurnakan ibadah kepada-Nya dan merasa diperhatikan (diawasi) oleh Allah.
Firman Allah SWT:
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah (ALLAH) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan di terima) dan harapan (akan di kabulkan)".  (QS al-A'raf [7]: 56).

Kedua, bertakwa kepada-Nya dan menaati-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya
Firman Allah SWT:
... siksa-Ku akan ku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan kepada orang-orang yang beriman kepada ayat kami (QS al-A'raf [7]: 156).

Ketiga, kasih sayang kepada makhluk-Nya, baik manusia, binatang. maupun tumbuhan.

Keempat, beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah.
Firman Allah SWT:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman,orang-orang yang berhijrah dan berjihat di jalan Allah mereka itu mengharapkan rahmat Allah (QS al-Baqarah [2]: 218).

Kelima, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menaati Rasulullah SAW.
Firman Allah SWT:
Dan dirikanlah shalat tunaikanlah zakat dan taatlah pada rasul supaya kamu di beri rahmat (QS an-Nur [24]: 56).

Keenam, berdoa kepada Allah SWT untuk mendapatkannya dengan bertawasul dengan nama-nama-Nya yang Mahapengasih (ar-Rahman) lagi Mahapenyayang (ar-Rahim).
Firman Allah SWT:
Wahai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (QS al-Kahfi [18]: 10).

Ketujuh, membaca, menghafal, dan mengamalkan Alquran
Firman Allah SWT:
Dan Al Quran itu adalah kitab yang kami turunkan yang di berkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu di beri rahmat  (QS al-An'am [6]: 155).

Kedelapan, menaati Allah SWT dan Rasul-Nya
Firman Allah SWT:
Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kamu di beri rahmat (QS Ali Imran [3]: 132).

Kesembilan, mendengar dan memperhatikan dengan tenang ketika dibacakan Alquran
Firman Allah SWT:
Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat (QS al-A'raf [7]: 204).

Kesepuluh, memperbanyak istigfar, memohon ampunan dari Allah SWT. Firman Allah SWT:
Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat (QS an-Naml [27]: 46).