Jumat, 31 Juli 2015

Kesaksian Orang Mati Suri

Fakta Mati Suri

"Kesaksian Orang Mati Suri"

Dia adalah : Ella Az-Zahra Aslina adalah warga pekan baru yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia sekitar 25 tahun itu memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut dan apa yang disaksikan ruhnya saat mati suri. Sebelum Aslina memberi kesaksian, pamannya Rustam Effendi memberikan penjelasan pembuka. Aslina berasal dari keluarga sederhana, ia telah yatim. Sejak kecil cobaan telah datang pada dirinya. Pada umur tujuh tahun tubuhnya terbakar api sehingga harus menjalani dua kali operasi. Menjelang usia SMA ia termakan racun.

Tersebab itu ia menderita selama tiga tahun. Pada umur 20 tahun ia terkena gondok (hipertiroid) . Gondok tersebut menyebabkan beberapa kerusakan pada jantung dan matanya. Karena penyakit gondok itu maka Jumat, 24 Agustus 2006 Aslina menjalani check-up atas gondoknya di Rumah Sakit di jakarta.
Setelah itu, Hasil pemeriksaan menyatakan penyakitnya di ambang batas sehingga belum bisa dioperasi.. ”Kalau dioperasi maka akan terjadi pendarahan,’ ‘ jelas Rustam. Oleh karena itu Aslina hanya diberi obat. Namun kondisinya tetap lemah. Malamnya Aslina gelisah luar biasa, dan terpaksa pamannya membawa Aslina kembali ke jakarta sekitar pukul 12 malam itu. Ia dimasukkan ke unit gawat darurat (UGD), saat itu detak jantungnya dan napasnya sesak. Lalu ia dibawa ke luar UGD masuk ke ruang perawatan. ”Aslina seperti orang ombak (menjelang sakratulmaut). Lalu saya ajarkan kalimat thoyyibah dan syahadat. Setelah itu dalam pandangan saya Aslina menghembuskan nafas terakhir, ” ungkapnya. Usai Rustam memberi pengantar, lalu Aslina memberikan kesaksiaanya.

”Mati adalah pasti. Kita ini calon-calon mayat, calon penghuni kubur,” begitu ia mengawali kesaksiaanya setelah meminta seluruh hadirin yang memenuhi Grand Ball Room Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru tersebut membacakan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Tak lupa ia juga menasehati jamaah untuk memantapkan iman, amal dan ketakwaan sebelum mati datang. ”Saya telah merasakan mati,” ujar anak yatim itu. Hadirin terpaku mendengar kesaksian itu. Sungguh, lanjutya, terlalu sakit mati itu.

Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa dicabut itu seperti sakitnya kulit hewan ditarik dari daging, dikoyak. Bahkan lebih sakit lagi. ”Terasa malaikat mencabut (nyawa) dari kaki kanan saya,” tambahnya. Di saat itu ia sempat diajarkan oleh pamannya kalimat thoyibah. ”Saat di ujung napas, saya berzikir,” ujarnya. ”Sungguh sakitnya, Pak, Bu,” ulangnya di hadapan lebih dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.

Diungkapkan, ketika ruhnya telah tercabut dari jasad, ia menyaksikan di sekelilingnya ada dokter, pamannya dan ia juga melihat jasadnya yang terbujur. Setelah itu datang dua malaikat serba putih mengucapkan Assalammualaikum kepada ruh Aslina. ”Malaikat itu besar, kalau memanggil, jantung rasanya mau copot, gemetar,” ujar Aslina mencerita pengalaman matinya. Lalu malaikat itu bertanya: ‘’siapa Tuhanmu, apa agamamu, dimana kiblatmu dan siapa nama orangtuamu.. “ Ruh Aslina menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar. Lalu ia dibawa ke alam barzah. ”Tak ada teman kecuali amal,” tambah Aslina yang Ahad malam itu berpakaian serba hijau. Seperti pengakuan pamannya,

Aslina bukan seorang pendakwah, tapi malam itu ia tampil memberikan kesaksian bagaikan seorang muballighah. Di alam barzah ia melihat seseorang ditemani oleh sosok yang mukanya berkudis,badan berbulu dan mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok itulah adalah amal buruk dari orang tersebut. Kemudian Aslina melanjutkan. ”Bapak, Ibu, ingatlah mati,” sekali lagi ia mengajak hadirin untuk bertaubat dan beramal sebelum ajal menjemput. Di alam barzah, ia melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin oleh dua orang malaikat. Saat itu ia ingin sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu ia memanggil malaikat itu dengan ”Ayah”. ”Wahai ayah bisakah saya bertemu dengan ayah saya,” tanyanya. Lalu muncullah satu sosok. Ruh Aslina tak mengenal sosok yang berusia antara 17-20 tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun.

Ternyata memang benar, sosok muda itu adalah ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan salam ke ayahnya dan berkata: ”Wahai ayah, janji saya telah sampai.” Mendengar itu ayah saya saya menangis. Lalu ayahnya berkata kepada Aslina. ”Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu. ” ruh Aslina pun menjawab. ”Saya tak bisa pulang, karena janji telah sampai”. Usai menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan kembali kepada hadirin bahwa alam barzah dan akhirat itu benar-benar ada. ”Alam barzah, akhirat, surga dan neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal,” ujarnya bak seorang pendakwah.

Setelah dialog antara ruh Aslina dan ayahnya. Ayahnya tersebut menunduk. Lalu dua malaikat memimpinnya kembali, ia bertemu dengan perempuan yang beramal shaleh yang mukanya bercahaya dan wangi. Lalu ruh Aslina dibawa kursi yang empuk dan didudukkan di kursi tersebut, disebelahnya terdapat seorang perempuan yang menutup aurat, wajahnya cantik. Ruh Aslina bertanya kepada perempuan itu. ”Siapa kamu?” lalu perempuan itu menjawab.”Akula h (amal) kamu.” Selanjutnya ia dibawa bersama dua malaikat dan amalnya berjalan menelurusi lorong waktu melihat penderitaan manusia yang disiksa.

Di sana ia melihat seorang laki-laki yang memikul besi yang sangat berat, tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya koyak-koyak dan baunya menjijikkan. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya. ”Siapa manusia ini?” Amal Aslina menjawab orang tersebut ketika hidupnya suka membunuh orang. Lalu dilihatnya orang yang yang kulit dan dagingnya lepas. Ruh Aslina bertanya lagi ke amalnya tentang orang tersebut. Amalnya mengatakan bahwa manusia tersebut tidak pernah shalat.

Selanjutnya tampak pula oleh ruh Aslina manusia yang dihujamkan besi ke tubuhnya. Ternyata orang itu adalah manusia yang suka berzina. Tampak juga orang saling bunuh, manusia itu ketika hidup suka bertengkar dan mengancam orang lain. Dilihatkan juga pada ruh Aslina, orang yang ditusuk dengan 80 tusukan, setiap tusukan terdapat 80 mata pisau yang tembus ke dadanya, lalu berlumuran darah, orang tersebut menjerit dan tidak ada yang menolongnya.

Ruh Aslina bertanya pada amalnya. Dan dijawab orang tersebut adalah orang juga suka membunuh. Ada pula orang yang dihempaskan ke tanah lalu dibunuh. Orang tersebut adalah anak yang durhaka dan tidak mau memelihara orang tuanya ketika di dunia. Perjalanan menelusuri lorong waktu terus berlanjut. Sampailah ruh Aslina di malam yang gelap, kelam dan sangat pekat sehingga dua malaikat dan amalnya yang ada disisinya tak tampak.

Tiba-tiba muncul suara orang mengucap : Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar. Tiba-tiba ada yang mengalungkan sesuatu di lehernya. Kalungan itu ternyata tasbih yang memiliki biji 99 butir. Perjalanan berlanjut. Ia nampak tepak tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan cahaya, di belakang tepak itu terdapat gambar kakbah. Di dalam tepak terdapat batangan emas. Ruh Aslina bertanya pada amalnya tentang tepak itu. Amalnya menjawab tepak tersebut adalah husnul khatimah. (Husnul khatimah secara literlek berarti akhir yang baik. Yakni keadaan dimana manusia pada akhir hayatnya dalam keadaan (berbuat) baik,red).

Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan adzan seperti adzan di Mekkah. Ia pun mengatakan kepada amalnya.”Saya mau shalat.” Lalu dua malaikat yang memimpinnya melepaskan tangan ruh Aslina. ”Saya pun bertayamum, saya shalat seperti orang-orang di dunia shalat,” ungkap Aslina. Selanjutnya ia kembali dipimpin untuk melihat Masjid Nabawi. Lalu diperlihatkan pula kepada ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Dimakam tersebut batangan-batang an emas di dalam tepak ”husnul khatimah” itu mengeluarkan cahaya terang. Berikutnya ia melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil. Cahaya itu pun bicara kepada ruh Aslina. ”Tolong kau sampaikan kepada umat, untuk bersujud di hadapan Allah.”

Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan miliaran manusia dari berbagai abad berkumpul di satu lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina hanya berjarak sekitar lima meter dari kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia itu berkata. ”Cepatlah kiamat, aku tak tahan lagi di sini Ya Allah.” Manusia-manusia itu juga memohon.”Tolong kembalikan aku ke dunia, aku mau beramal.” Begitulah di antara cerita Aslina terhadap apa yang dilihat ruhnya saat ia mati suri. Dalam kesaksiaannya ia senantiasa mengajak hadirin yang datang pada pertemuan alumni ESQ itu untuk bertaubat dan beramal shaleh serta tidak melanggar aturan Allah. ”Apa yang disampaikan Aslina, mungkin bukti yang ditunjukkan Allah kepada kita semua, ” ujarnya.

Menanggapi kesaksian Aslina yang melihat orang-orang berteriak ingin dikembalikan ke dunia dan ingin beramal serta penelitian Raymond yang menyebutkan ”aku ingin agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya,” Legisan mengutip ayat Al-Quran Surat Al-Mu’muninun (23) ayat 99-100: Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:”Ya, Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).”(99) . Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (100). Sebagai penguat dalil agar manusia bertaubat, dikutipkan juga Quran Surat Az-Zumar ayat 39: ”Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-Mu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” Setelah berpidato, aslina mendapatkan tepukan meriah dari penonton tapi bila di facebook, ia dapatkan jempol sekarang.

Source : Kaskus

Rabu, 29 Juli 2015

JANGAN MENUNGGU

Kata motivasi : 13 kata “JANGAN MENUNGGU” yg perlu dihindari:

1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu
akan bahagia.
2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka kamu
semakin kaya.
3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka kamu akan
termotivasi.
4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan
orang lain! Maka kamu akan dipedulikan ….
5. Jangan menunggu orang memahami kamu. baru kamu memahami dia, tâÞi
pahamilah orangitu, maka orang itu paham dengan kamu.
6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis.tapi menulislah, maka inspirasi
akan hadir dalam tulisanmu.
7. Jangan menunggu projek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka projek akan
menunggumu.
8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai, maka
kamu akan dicintai.
9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan
tenang. Percayalah bukan sekadar uang yang datang tapi juga rezeki yang lainnya.
10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah, maka
kamu akan menjadi contoh yang diikuti.
11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur tapi bersyukurlah, maka bertambah
kesuksesanmu.
12. Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah! Maka kamu pasti
bisa!
13. Jangan menunggu waktu luang tuk membaca Alqur'an,
Tapi luangkan waktu tuk membaca Alqur'an.

Dari @obyreza

Selasa, 28 Juli 2015

Taaruf

Taaruf adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap muka, atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya[butuh rujukan]. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah (Pernikahan) - taaruf dengan mempertemukan yang hendak dijodohkan dengan maksud agar saling mengenal[butuh rujukan]. Sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan, taaruf sangat berbeda dengan pacaran. Taaruf secara syar`i memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah[butuh rujukan]. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan dan manfaat. Karena menurut kaum Islam fundamentalis tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat, Taaruf menurut mereka tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan[butuh rujukan]. Proses taaruf Dalam upaya ta’aruf dengan calon pasangan, pihak pria dan wanita dipersilakan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya. Jadi,taaruf bukanlah bermesraan berdua,tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat realistis untuk mempersiapkn sebuah perjalanan panjang brdua. ta'aruf adalah proses saling kenal mengenal pra nikah dengan dilandasi ketentuan syar'i, karena di dalam islam pun tidak ada yang nama nya pacaran, dan cinta sejati itu hanyalah milik Allah. Tujuan Taaruf Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan terhadap calon pasangan[butuh rujukan]. Sisi yang dijadikan pengenalan tak hanya terkait dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut masing-masing pihak cukup penting, misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung wajahnya dengan cara yang saksama, bukan cuma sekadar curi-curi pandang atau melihat fotonya. Islam telah memerintahkan seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara langsung[butuh rujukan], bukan melalui media foto, lukisan, atau video. Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat. DALAM Islam pacaran sangat jelas dilarang. Perbuatan tersebut adalah kebiasaan orang-orang jahiliyah yang kembali disebarkan oleh mereka pembenci Islam. Dengan pacaran orang berdalih agar mampu saling mengenal dan tidak kaku jika menikah nanti. Padahal, Islam mengajarkan tata cara bagaimana seorang laki-laki yang ingin menikah namun tetap bisa mengenal calonnya terlebih dahulu. Caranya adalah dengan ta’aruf. 1. Melakukan Istikharoh dengan sekhusyu-khusyunya Setelah pihak laki-laki mendapatkan data dan foto, lakukanlah istikharoh dengan sebaik-baiknya, agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Dalam melakukan istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada calon yang diberikan kepada kita. Tapi ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT. Luruskan niat kita, bahwa kita menikah memang ingin benar-benar membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Seseorang biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya. Laporkan iklan? 2. Menentukan Jadwal Pertemuan (ta’aruf) Setelah istikharoh dilakukan dan adanya kemantapan hati, maka segerlah melaporkan pada Ustadz, lalu Ustadz pun memberikan data dan foto kepada Ustadzah (guru akhwat), dan memberikan data dan foto laki-laki tersebut kepada seorang gadis. Biasanya seorang gadis yang memang sudah siap, Insya Allah setelah istikharoh juga segera melaporkan kepada Ustadzahnya. Lalu segeralah atur jadwal pertemuan ta’aruf tersebut. Bisa dilakukan di rumah Ustadzah gadis itu. Memang idealnya kedua pembimbing juga hadir, sebagai tanda kasih sayang dan perhatian terhadap mutarabbi (murid-murid). Hendaknya jadwal pertemuan disesuaikan waktunya, agar semua bisa hadir. 3. Gali pertanyaan sedalam-dalamnya Setelah bertemu, hendaknya didampingi Ustadz dan Ustadzah, lalu saling bertanyalah sedalam-dalamnya, ya bisa mulai dari data pribadi, keluarga, hobi, penyakit yang diderita, visi dan misi tentang rumah tangga. Biasanya pada tahap ini, baik laki-laki maupun perempuan agak malu-malu dan grogi, maklumlah karena tidak mengenal sebelumnya. Tapi dengan berjalannya waktu, semua akan menjadi cair. Peran pembimbing juga sangat dibutuhkan untuk mencairkan suasana. Jadi tidak terlihat kaku dan terlalu serius. Dibutuhkan jiwa humoris, santai namun tetap serius. Silakan baik laki-laki maupun perempuan bisa saling bertanya sedalam-dalamnya, jangan sungkan-sungkan, pada tahap ini. Biasanya pertanyaan-pertanyaan pun akan mengalir. Saya pernah ditanya tentang bagaimana cara mengidentifikasi akhawat yang “asli” di zaman sekarang? Karena kini banyak akhawat berjilbab panjang namun kok masih titik-titik. Padahal ikhwah aktivis da’wah yang haraki inginkan pendamping yang haraki pula. Nah, disinilah manfaat ta’aruf, agar kita tidak terjebak pada ghurur. Ta’aruf bukan sekedar formalitas saja namun benar-benar dilaksanakan untuk saling mengenal, mencari informasi akhlak, kondisi keluarga, saling menimbang, dsb. Permasalahan sesungguhnya bukanlah pada akhawat “yang asli” atau “tidak asli” namun terkait kepada pemahaman kita bahwa hanya Allah sajalah yang mengetahui kadar keimanan seseorang, terlepas dari penampilannya. Walau pemakaian jilbab adalah juga cermin keimanan. Pemahaman “Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk yang keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji, sedangkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yang baik….”(QS. An Nuur [24]: 26) Ayat di atas adalah janji Allah kepada hamba-hamba-Nya. Berdasarkan ayat tersebut, Allah swt telah menetapkan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, demikian pula sebaliknya. Jadi kita tak perlu khawatir akan mendapatkan pendamping yang tak sekufu agamanya karena sesungguhnya semuanya bermula dari diri kita sendiri. Sudahkah kita beragama dengan baik? Bagaimana kadar keimanan kita? Identifikasi 1. Akhlak Akhawat berjilbab panjang dan lebar belum tentu lebih baik dari yang berjilbab biasa-biasa saja. (maksudnya, “biasa-biasa “ tapi tetap mencukupi kriteria syar’i jilbab). Menilai baik tidaknya agama seseorang tidak bisa dilihat dari panjangnya jilbab, tidak bisa dilihat dari banyaknya shalat, rajinnya puasa, gelar hajjah, dan sebagainya. Karena banyak orang yang rajin shalat tapi suka ghibah, berpuasa tapi durhaka pada orang tua, bergelar hajjah tapi tidak amanah. Agama bukan pula diidentifikasikan dari luasnya pengetahuan agama (tsaqofah). Karena banyak missionaris yang pengetahuan agamanya lebih luas dibandingkan umat Islam sendiri. Agama bukan pula dilihat dari banyaknya hafalan Al Qur’an karena Snouck Hongruje pun, hafal Qur’an. Ukuran agama adalah akhlak. Iman itu adanya di dalam hati. Dan tentu saja tak ada yang mengetahuinya kecuali Allah namun iman yang benar-benar menyala di dalam hati, cahayanya pasti akan memancar keluar, yaitu dalam bentuk akhlak. Pancaran cahaya keimanan inilah yang harus kita cari. Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya seorang hamba yang berakhlak baik akan mencapai derajat dan kedudukan yg tinggi di akhirat, walaupun ibadahnya sedikit“. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda mengenai wanita ahli ibadah yang masuk neraka karena menyiksa seekor kucing hingga mati. Dan di hadits lainnya, ada wanita pelacur yang masuk surga karena memberi minum seekor anjing yg kehausan. Ini menandakan bahwa tak ada yang mengetahui kebaikan hakiki seseorang karena taqwa itu adanya di sini (di hati). Umat Nabi Muhammad itu seperti air hujan yang tak dapat diketahui mana yang lebih baik, awalnya atau akhirnya. Ingatlah kisah Nabi Daud ketika sedang bersama murid-muridnya dalam sebuah halaqah dan kemudian datang seorang laki-laki yang baik pakaiannya, terlihat sangat sholeh hingga membuat murid-murid Nabi Daud bersimpati dan kagum. Namun ternyata ia adalah seorang munafiq dan Nabi Daud mengetahui hal itu dari akhlaknya saat orang tersebut memasuki masjid dengan kaki kiri, tangisannya di depan umum, dan ucapan salamnya kepada halaqah yang sudah dimulai. 2. Hati yg Lembut. Salah satu ciri jundullah adalah, “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yg murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang mu’min, bersikap keras terhadap orang-orang kafir…” Kepada saudaranya yang mu’min ia akan berkasih sayang, saling menasehati dan tidak akan merendahkan saudaranya seiman. Hati yang lembut dapat terlihat dari keridhoannya menerima kebenaran (Al Haq). Ia akan mudah untuk menerima nasehat dan segera memperbaiki kesalahannya. Hati yang keras tidak akan rela untuk menerima nasehat dan terus berkubang dalam kesalahan. Hati yang lembut dapat mencegah mulut dan tangannya dari menzalimi orang lain. Syarat Seorang Informan Untuk mengetahui akhlak akhawat/ikhwan, tentu kita harus menanyakannya kepada orang lain. Ini dikarenakan kita tidak mengenal baik akhawat/ikhwan tersebut. Lalu kepada siapakah kita bertanya? Tanyakanlah kepada orang-orang terdekatnya. Namun orang yang terdekat ini bukanlah sembarang orang. Di bawah ini adalah tips dari Umar bin Khattab untuk mengetahui apakah orang tersebut benar-benar mengenal akhwat/ikhwan yang dimaksud. Yaitu : 1. Ia sudah melakukan mabit atau safar dengan akhwat tersebut sehingga mengetahui persis akhlaknya. 2. Ia sudah melakukan hubungan finance (muamalah) dengan akhwat tersebut sehingga dapat terlihat apakah ia amanah. 3. Ia sudah menyaksikan akhwat tersebut menahan amarah karena ketika orang marah akhlak aslinya akan terlihat, baik ataukah buruk. Niat Mempengaruhi Keberkahan Wanita dinikahi karena empat perkara : Kecantikan, nasab, harta, agama. Namun pilihlah karena agamanya agar berkah kedua tanganmu. Tidaklah salah bila para ikhwan menentukan standar atau kriteria calonnya. Namun hendaknya kriteria tersebut proporsional, tidak muluk dan jangan mempersulit diri sendiri. Mengharapkan sosok yang sempurna dan super ideal sangatlah jarang bahkan mungkin tidak ada. Dan bila sampai kesempurnaan yg dicari tidak ditemukan pada sosok sang kekasih, maka akan menimbulkan kekecewaan. Sesungguhnya ketidaksempurnaan adalah wujud kesempurnaan. Syukurilah karunia-Nya, jangan terlalu banyak menuntut. Jadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain. Bukankah pernikahan itu seperti pakaian yang saling melindungi dan menutupi kekurangan. Saling menerima kelebihan dan kekurangan. “Sesungguhnya amal dinilai berdasarkan niatnya.“ Asy Syahid Imad Aqil, mujahid Palestina pernah berkata : “ Riya lebih aku takuti dari tentara-tentara Israel.“ Dan pepatah mengatakan “ Tentara terdepanmu adalah keikhlasan. “ Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang menikahi seorang wanita karena ingin menutupi farjinya dan mempererat silaturahmi maka Allah akan memberikan barakah-Nya kepada keduanya (suami isteri )“ Istikharah Jangan lupa istikharah untuk mendapatkan kemantapan. Seperti sebuah bait puisi, “Bariskan harapan pada istikharah sepenuh hati ikhlas. Relakan Allah pilihkan untukmu. Pilihan Allah tak selalu seindah inginmu, tapi itu pilihan-Nya. Tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah. Mungkin kebaikan itu bukan pada orang yang terpilih itu, melainkan pada jalan yang kaupilih. Atau mungkin kebaikan itu terletak pada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi. Kekasih tempat orang-orang beriman memberi semua cinta dan menerima cinta.” [ANW] Ikhtiar taaruf menuju pernikahan tak selamanya berjalan mulus, ada kalanya proses taaruf ‘mentok’ di tengah jalan sehingga diputuskan untuk mengakhiri proses yang telah dijalani. Selain ketidakcocokan antara pihak-pihak yang bertaaruf, faktor orang tua kedua belah pihak tak sedikit pula yang menjadi penyebab tidak berlanjutnya proses taaruf tersebut. Berikut ini 3 hal yang perlu anda perhatikan untuk mengantisipasi agar proses taaruf yang anda jalani tak ‘mentok’ di orang tua. 1. Dapatkan Ijin Menikah dari Orang Tua Ijin menikah dari orang tua saya letakkan di urutan pertama karena memang menjadi ‘kunci’ dari proses taaruf. Pastikan ijin menikah dari orang tua sudah anda dapat sebelum proses taaruf anda jalani. Tidak ada ijin menikah dari orang tua, maka tidak ada proses taaruf yang perlu anda jalani. Tentunya ijin yang memang bersumber dari keridhoan orang tua, bukan ijin menikah yang diberikan ‘terpaksa’ karena ‘ancaman-ancama­n’ yang terus menerus anda berikan ke orang tua. Fenomena yang terjadi sekarang ini, tak sedikit yang coba-coba untuk memulai proses taaruf meskipun belum ada ijin menikah dari orang tua. Pengkondisian ke orang tua justru malah diakhirkan, tidak dilibatkan sejak awal proses taaruf. Padahal orang tua/wali bagi seorang wanita adalah mutlak keberadaannya, karena beliaulah pengucap lafadz Ijab saat akad nikah yang intinya MENIKAHKAN si akhwat dengan si mempelai pria. Kalau yang berwenang untuk menikahkan saja belum memberi ijin, lalu untuk apa berproses taaruf? Begitu pula di sisi ikhwan, meskipun di pihak ikhwan tidak memerlukan keberadaan wali, namun jangan lupakan bahwa di pelaminan kelak akan ada orang tua yang mendampingi di kanan dan kiri anda bersama istri anda. Kebahagiaan di hari pernikahan anda kelak bukan hanya milik anda bersama istri anda, namun juga kebahagiaan kedua orang tua anda, keluarga besar anda, dan juga rekan-rekan anda yang lain. Seorang anak yang baik tidak akan tega untuk mengesampingkan­ kebahagiaan orang tua di hari pernikahannya nanti, bukan? Bila orang tua anda sudah memberi ijin untuk menikah, proses taaruf bisa anda awali dengan langkah selanjutnya di nomer 2. Namun bila ijin menikah belum anda peroleh karena ada persyaratan tertentu dari orang tua, maka bersabarlah, perbanyak puasa dan amal ibadah lain, persiapkan diri sebaik-baiknya sambil memenuhi persyaratan yang orang tua berikan tersebut. Jangan memberikan harapan apabila ada request taaruf yang datang, tolaklah secara halus request taaruf tersebut hingga orang tua memberikan ijin untuk menikah. 2. Sepakati Kriteria Sebelum Memulai Proses Karena kesibukan atau hal-hal lainnya, kebanyakan orang tua menyerahkan sepenuhnya pada si anak untuk mencari calon yang diinginkan. Meskipun demikian, tak sedikit pula proses yang akhirnya ‘mentok’ karena ternyata calon yang disodorkan si anak belum sesuai dengan yang diharapkan orang tua. Untuk mengantisipasi hal itu, anda perlu berkomunikasi dengan orang tua untuk mencari ‘kesepakatan kriteria’ antara anda dengan orang tua SEBELUM memulai proses taaruf. Dalam ikhtiar taaruf, sejatinya anda bukan hanya mencari calon pasangan anda, namun anda juga mencarikan calon menantu bagi orang tua anda. Karena itu, carilah titik temu antara kriteria calon pasangan yang anda inginkan dengan kriteria calon menantu yang orang tua inginkan, kriteria mana yang bisa ‘dinego’ dan mana yang tidak. Misalkan kriteria anda seseorang yang sholih/­sholihah dan hafalan quran minimal 1 juz, dan kriteria orang tua anda yang tidak bisa ‘dinego’ adalah seorang yang pendidikannya minimal S1, sesuku, dan memiliki pekerjaan yang layak, maka anda tinggal kombinasikan kriteria-kriter­ia tersebut menjadi : Sholih/­sholihah, hafalan quran minimal 1 juz, pendidikan minimal S1, sesuku, dan memiliki pekerjaan yang layak. Saya sendiri tidak mau berkomentar panjang lebar mengenai perdebatan penetapan kriteria S1 – non S1, sesuku – tidak sesuku, dan pertentangan yang lainnya. Yang bisa saya sampaikan, dalam pencarian jodoh cukuplah kriteria SHOLIH/­SHOLIHAH jadi kriteria utama dan kriteria-kriter­ia lainnya bisa ‘suka-suka’, mau itu S1, non S1, sesuku, beda suku, dan lain-lain. Jodoh anda kelak bisa saja S1, namun bisa juga non S1. Mungkin jodoh anda sesuku, namun bisa juga tidak sesuku. Berhubung kesepakatan kriteria dengan orang tua anda seperti itu, maka itulah kriteria yang jadi pegangan anda dalam ikhtiar mencari jodoh. Apabila disederhanakan,­ kriteria pegangan anda dalam ikhtiar pencarian jodoh adalah seseorang yang ‘SHOLIH/­SHOLIHAH’ dan ‘DISETUJUI ORANG TUA’, cukup dua hal itu. Kalau anda bisa menghadirkan calon yang SESUAI kesepakatan kriteria tersebut HAMPIR PASTI calon tersebut akan DITERIMA orang tua anda. Sebaliknya, bila anda menghadirkan calon yang TIDAK SESUAI kesepakatan kriteria tersebut HAMPIR PASTI calon tersebut akan DITOLAK orang tua anda. Jadi, kalau bisa menemukan seseorang yang sholih/­sholihan dan disetujui orang tua, untuk apa mencari yang tidak disetujui orang tua? 3. Ikhtiarkan 4 ‘Yes!’ Menuju Pernikahan Berdasarkan ‘kriteria kesepakatan’ yang telah disepakati di sebelumnya, anda bisa mulai berikhtiar mencari calon pasangan anda. Agar lebih terjaga, anda bisa meminta bantuan perantara yang tepercaya untuk membantu ikhtiar ini. Kalaupun anda tidak memakai perantara, setidaknya ada pendamping yang menjadi orang ketiga dalam setiap proses taaruf yang anda jalani sehingga setan tidak berkesempatan menjadi yang ketiganya. Saya ingatkan lagi, anda bukan hanya mencari calon pasangan untuk anda, melainkan juga mencarikan calon menantu bagi orang tua anda. Karena itu, orang tua anda juga berhak atas ‘sesi taaruf’ tersendiri dengan si calon tersebut. Meskipun pada akhirnya anda berproses dengan seseorang yang sesuai dengan ‘kesepakatan kriteria’, mungkin saja ada beberapa hal yang berpotensi menjadi ganjalan pada orang tua. Untuk awalan anda bisa sampaikan biodata lengkapnya ke orang tua, kalau orang tua OK di biodata bisa diagendakan untuk silaturahim di satu waktu, dan berikan kesempatan ke orang tua untuk bertaaruf dengan si calon tersebut. Atau kalau ada metode taaruf lain pun bisa anda pilih, asalkan sesuai adab-adab yang disyariatkan. Apakah sudah cukup sampai di orang tua anda? Tentu saja belum, karena masih ada orang tua lain yang perlu dilibatkan dalam proses taaruf, yaitu orang tua calon pasangan anda. Anda dengan si calon dan si calon dengan orang tua anda mungkin saja sudah OK. Namun, apakah demikian juga antara anda dengan calon mertua anda? Kemudian, antara orang tua anda dengan orang tua calon anda? Maka, setidaknya perlu ada 4 ‘Yes!’ yang anda dapatkan menuju pernikahan yang anda idam-idamkan: 1. Anda dengan calon anda: Yes! 2. Calon anda dengan kedua orang tua: Yes! 3. Anda dengan orang tua calon anda: Yes! 4. Orang tua anda dengan orang tua calon anda: Yes! Ikhtiarkan untuk mendapatkan 4 ‘Yes!’ itu dalam proses taaruf, insya Allah bila 4 ‘Yes!’ sudah didapatkan tinggal satu ‘Yes!’ lagi dari Allah saat lafadz ijab kabul terucap di hari pernikahan anda nanti. Semoga bermanfaat. Wallahua’lam bisshowab. Mungkin bagi sebagian orang cara seperti ini sangatlah memaksakan, begitu tabu dengan pemahaman agamanya yang sedikit, tapi tidak justru inilah cara yang paling baik sesuai dengan sunnah Rasulullah yang insyaAllah akan menjadikan keluarga yang sakinah mawaddah warohmah .. Dengan proses ta’aruf juga ikhwan – akhwat tidak pacaran lho. Bagaimana apakah ada yang siap seperti itu??? Jujur saja, saya lebih baik seperti itu saja.. Dan hasilnya insyaAllah akan baik ^^. Ingat lah tidak ada hubungan yang lebih indah dan suci selain ikatan pernikahan . Langsung deh yah jadi banyak serba serbinya … 1. Melakukan Istikharoh dengan sekhusyu-khusyunya Setelah ikhwan mendapatkan data dan foto, lakukanlah istikharoh dengan sebaik-baiknya, agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Dalam melakukan istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada calon yang diberikan kepada kita. Tapi ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT. Luruskan niat kita, bahwa kita menikah memang ingin benar-benar membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Seseorang biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya. 2. Menentukan Jadwal Pertemuan (ta’aruf Islami) Setelah Ikhwan melakukan istikharoh dan adanya kemantapan hati, maka segerlah melaporkan pada Ustadz, lalu Ustadz pun memberikan data dan foto kepada Ustadzah (guru akhwat), dan memberikan data dan foto ikhwan tersebut kepada Akhwat. Biasanya akhwat yang memang sudah siap, Insya Allah setelah istikharoh juga segera melaporkan kepada Ustadzahnya. Lalu segeralah atur jadwal pertemuan ta’aruf tersebut. Bisa dilakukan di rumah Ustadzah akhwatnya. Memang idealnya kedua pembimbing juga hadir, sebagai tanda kasih sayang dan perhatian terhadap mutarabbi (murid-murid). Hendaknya jadwal pertemuan disesuaikan waktunya, agar semua bisa hadir, pilihlah hari Ahad, karena hari libur. 3. Gali pertanyaan sedalam-dalamnya Setelah bertemu, hendaknya didampingi Ustadz dan Ustadzah, lalu saling bertanyalah sedalam-dalamnya, ya bisa mulai dari data pribadi, keluarga, hobi, penyakit yang diderita, visi dan misi tentang rumah tangga. Biasanya pada tahap ini, baik ikhwan maupun akhwat agak malu-malu dan grogi, maklum tidak mengenal sebelumnya. Tapi dengan berjalannya waktu, semua akan menjadi cair. Peran pembimbing juga sangat dibutuhkan untuk mencairkan suasana. Jadi tidak terlihat kaku dan terlalu serius. Dibutuhkan jiwa humoris, santai namun tetap serius. Silakan baik ikhwan maupun akhwat saling bertanya sedalam-dalamnya, jangan sungkan-sungkan, pada tahap ini. Biasanya pertanyaan-pertanyaan pun akan mengalir. 4. Menentukan waktu ta’aruf dengan keluarga akhwat Setelah melakukan ta’aruf dan menggali pertanyaan-pertanyaan sedalam-dalamnya, dan pihak ikhwan merasakan adanya kecocokan visi dan misi dengan sang akhwat, maka ikhwan pun segera memutuskan untuk melakukan ta’aruf ke rumah akhwat, untuk berkenalan dengan keluarga besarnya. Ini pun sudah diketahui oleh Ustadz maupun Ustadzah dari kedua belah pihak. Jadi memang semua harus selalu dikomunikasikan, agar nantinya hasilnya juga baik. Jangan berjalan sendiri. Sebaiknya ketika datang bersilaturahim ke rumah akhwat, Ustadz pun mendampingi ikhwan sebagai rasa sayang seorang guru terhadap muridnya. Tetapi jika memang Ustadz sangat sibuk dan ada da’wah yang tidak bisa ditinggalkan, bisa saja ikhwan didampingi oleh teman pengajian lainnya. Namun ingat,ikhwan jangan datang seorang diri, untuk menghindarkan fitnah dan untuk membedakan dengan orang lain yang terkenal di masyarakat dengan istilah ’ngapel’ (pacaran). Hendaknya waktu ideal untuk silaturahim ke rumah akhwat pada sore hari, biasanya lebih santai. Tapi bisa saja diatur oleh kedua pihak, kapan waktu yang paling tepat untuk silaturahim tersebut. 5. Keluarga Ikhwan pun boleh mengundang silaturahim akhwat ke rumahnya Dalam hal menikah tanpa pacaran, adalah wajar jika orang tua ikhwan ingin mengenal calon menantunya (akhwat). Maka sah-sah saja, jika orang tua ikhwan ingin berkenalan dengan akhwat (calon menantunya). Sebaiknya ketika datang ke rumah ikhwan, akhwat pun tidak sendirian, untuk menghindari terjadinya fitnah. Dalam hal ini bisa saja akhwat ditemani Ustadzahnya ataupun teman pengajiannya sebagai tanda perhatian dan kasih sayang pada mutarabbi. 6. Menentukan Waktu Khitbah Setelah terjadinya silaturahim kedua belah pihak, dan sudah ada kecocokan visi dan misi dari ikhwan dan akhwat juga dengan keluarga besanya, maka jangalah berlama-lama. Segeralah tentukan kapan waktu untuk mengkhitbah akhwat. Jarak waktu antara ta’aruf dengan khitbah, sebaiknya tidak terlalu lama, karena takut menimbulkan fitnah. 7. Tentukan waktu dan tempat pernikahan Pada prinsipnya semua hari dan bulan dalam Islam adalah baik. Jadi hindarkanlah mencari tanggal dan bulan baik, karena takut jatuh ke arah syirik. Lakukan pernikahan sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW, yaitu sederhana, mengundang anak yatim, memisahkan antara tamu pria dan wanita, pengantin wanita tidak bertabarruj (berdandan),makanan dan minuman juga tidak berlebihan. Semoga dengan menjalankan kiat-kiat ta’aruf secara Islami di atas, Insya Allah akan terbentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah…yang menjadi dambaan setiap keluarga muslim baik di dunia maupun di akhirat. Bagi sahabat – sahabatku yang mau melaksanakan ta’aruf, semoga diberikan yang terbaik da kelancaran atas pilihanNya. InsyaAllah ini pilihan terbaik karena disini Allah juga yang ikut memilihkan. ^^ Bagi yang belum bersabarlah dan tawakal pada Allah, lha wong saya juga masih menunggu hihihihi…

Senin, 27 Juli 2015

tanda kiamat

INILAH TANDA KIAMAT YANG TERJADI DI ZAMAN NABI

Zaman semakin tua. Kehidupan semakin gila. Halal diharamkan oleh manusia, haram pun dihalalkan sebab menuruti nafsu. Dunia semakin kacau. Manusia seakan kehilangan pegangan. Kondisi semakin kacau inilah yang semakin menunjukkan bahwa Kiamat semakin dekat.

Di zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah terjadi sebuah peristiwa yang menjadi satu di antara sekian banyaknya tanda dekatnya Kiamat. Kejadian ini hanya terjadi sekali dan menjadi satu dari sekian banyaknya mukjizat Nabi Muhammad yang mulia.

Allah Ta’ala berfirman, “Saat (Hari Kiamat) makin dekat, bulan pun terbelah. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, ‘(Ini adalah) sihir yang terus-menerus.’” (Qs. al-Qamar [54]: 1-2)

Mulanya, orang-orang musyrik menantang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka meminta ditunjukkan peristiwa agung yang mustahil dilakukan oleh umat manusia sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi-nabi sebelum beliau kepada umatnya.

Maka, bulan pun terbelah atas kuasa Allah Ta’ala. Akan tetapi, saat melihatnya, kaum musyrik mengingkari dan mengatakan bahwa terbelahnya bulan merupakan sihir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Alangkah bodohnya orang-orang kafir ini.

Menjelaskan kejadian di luar nalar ini, Imam Ibnu Katsir mengatakan, “Sesungguhnya terbelahnya bulan adalah peristiwa yang luar biasa. Tidak ada satu pun di antara tanda-tanda kenabian yang dapat menyamainya.” Pungkas beliau sebagaimana dikutip Syeikh Mahmud Athiyah Muhammad Ali dalam Tanda Berakhirnya Dunia, “Peristiwa ini di luar aturan alam yang baku, yang tidak dapat diterima akal sehat. Sehingga menjadi bukti yang nyata.”

Sedangkan Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhuma, “Tatkala kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Mina, kami menyaksikan bulan terbelah menjadi dua bagian. Satu bagian berada di belakang bukit, bagian yang lain berada di bawahnya.” Rasul pun melanjutkan sabdanya, “Perhatikanlah!”

Riwayat senada dengan redaksi yang berbeda juga disampaikan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab Shahihnya.

Hendaknya, peristiwa ini menjadi perhatian bagi kita semua. Sejak seribu empat ratusan tahun silam saja, Kiamat sudah disebutkan oleh al-Qur’an dengan kata ‘dekat’. Maka kini, hari tersebut sudah semakin dekat. Sayangnya, sebagian kita lalai dan abai sehingga terlena dengan kehidupan dunia.

Di luar itu, ada pula kelompok yang amat sibuk dengan prediksi berakhirnya dunia dalam peristiwa Kiamat. Padahal, ia belum pasti mengalaminya. Dan, yang jauh lebih pasti, bahwa semua kita akan mengalami Kiamat kecil, ialah kematian yang pasti dialami oleh semua makhluk hidup.

Semoga kita termasuk dalam golongan cerdas, yang menyadari kepastian mati dan mempersiapkan bekal untuk menghadapinya. Aamiin. [Pirman/Kisahikmah]

Jumat, 24 Juli 2015

tua

Dari Usamah bin Syarik radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata:

كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَاءَتِ اْلأَعْرَابُ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ: نَعَمْ يَا عِبَادَ اللهِ، تَدَاوَوْا، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ. قَالُوا: مَا هُوَ؟ قَالَ: الْهَرَمُ

Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)

follow Instagram ustadz akbar di @akbarnm

6 MACAM CONTOH PENGORBANAN BESAR SEORANG IBU °°°°°°°°°°°°°°°°

6 MACAM CONTOH PENGORBANAN BESAR SEORANG IBU
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

1. Kehamilan

Ketika seorang ibu hamil, berbaring ke arah kanan akan membuat ibu merasa sedikit lebih nyaman. Namun ketika dokter mengatakan berbaring ke arah kiri akan membantu bayi di dalam kandungan merasa lebih nyaman, seorang ibu akan rela memilih untuk berbaring ke arah kiri demi kebaikan sang bayi. Tidak peduli dalam keadaan apapun, kapanpun, keadaan bayi selalu menjadi yang terutama bagi seorang ibu.

2. Melahirkan

Dalam kurun waktu 24 jam proses kelahiran, saat bukaan dalam vagina ibu hanya sebesar 2 jari, dokter akan bertanya, Apakah ibu mau dibius saja supaya tidak sakit?
Dari 10 orang ibu, akan ada 8 hingga 9 orang yang menolak untuk menjalani proses ini karena hal ini akan menyebabkan proses kelahiran bayi menjadi cukup panjang sehingga kemungkinan untuk sang bayi kekurangan oksigen akan bertambah.

3. Kurang tidur

Sejak kelahiran bayi, bekerja 24 jam sehari menjadi tugas umum seorang ibu. Seorang ibu yang senang untuk bermalas-malasan di ranjang sekalipun akan bangun ketika anaknya bangun dan menangis. Walau sedang tidur sekalipun, ibu akan segera bangun dan menenangkan anaknya. Ketika suami sedang bertugas keluar ataupun beristirahat, sang ibu sibuk mengganti popok bayi. Saat orang lain makan, sang ibu membujuk anaknya untuk tidur, sementara ketika orang lain tidur dengan nyenyak, ibu bertugas untuk menyusui anaknya. http://line.me/ti/p/%40teenagerpost

4. Pengorbanan ketika menyusui

Kebanyakan ibu yang belum berpengalaman seringkali merasa kesakitan di bagian payudara demi menyusui anaknya. Jika sakitnya cukup parah, terkadang sang ibu tidak bisa menyusui untuk beberapa waktu. Karena itu dewasa ini banyak ibu yang memakai alat bantu untuk mengeluarkan ASI. Namun bukan berarti kesakitan sang ibu langsung hilang. Botol-botol susu yang disediakan oleh sang ibu, semuanya terisi tidak hanya dengan ASI tapi juga dengan cinta kasih.

5. Pengorbanan tenaga

Ketika anak sakit, hati ibu pun sakit. Jam berapapun itu, bahkan jam 1 subuh sekalipun, ketika sang anak sakit. Seorang ibu tanpa pikir panjang akan segera membawa anaknya ke dokter untuk diperiksa. Demi menjaga kesehatan dan pertumbuhan anak, keadaan apapun rela dihadapi oleh ibu.

6. Pengorbanan ketika digigit

Seringkali ketika menyusui, seorang bayi bisa secara tidak sengaja bersin dan menggigit ibunya. Dalam kesakitan itu, sang ibu akan secara refleks mengangkat tangan, namun kemudian diturunkan pelan-pelan. Melihat senyuman puas sang anak setelah kenyang sungguh membuat setiap rasa sakit, kemarahan, dan perasaan-perasaan lainnya hilang seketika.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Like & Share kalau kamu sayang IBUmu����

PERBEDAAN COWOK GENTLE DAN COWOK BIASA

PERBEDAAN COWOK GENTLE DAN COWOK BIASA

cowok biasa:
co : "km udah makan?"
*belom nih, padahal laper, ga ada makanan di rumah*
co : "pesen kfc aja, atau pizza hut :3" *anjay
cowok gentle:
co : "km udah makan?"
*belom nih, padahal laper, ga ada makanan di rumah*
co : "kamu lg mau apa? martabak? bakso? terang bulan? lalapan? atau habis ini aku jemput km terus aku traktir makan ya" *arghhhh melting
cowok biasa:
co: sabtu ini kamu kemana?
ce: ga kemana nih, kenapa?
co: ooohh gpp, aku mau pergi sih sama temen temenku nanti hehe *php kirain mau diajakin pergi
cowok gentle:
co: weekend kmn?
ce: belum ada plant, kenapa?
co: jangan bikin janji sama yg lain ya, sabtu pagi jam 10 aku jemput kamu terus kita jalan jalan ya, aku udh ijinin sama mama kamu kok *aduhaiii<3
cowok biasa:
*diajak ketemuan di suatu tempat*
co: kamu dimana? aku udah mau berangkat ya
ce: aku ga ada kendaraan nih
co: yaudah kamu naik taxi ajaa, tau nomernya kan? *anjink ke 2 :)
cowok gentle:
co: kamu dimana? udah siap? aku jemput ya? 20 menitan lagi aku nyampe, yang cantik ya! *:(((
ya pokoknya cowok biasa sih biasanya rasa sayangnya juga biasa, terus biasanya nembak cewek di line lah atau sosmed yg lainnya, yang bilang sok jealous tapi dia ttp sama cewek lain dll, ya cowok gentle yg berani bertanggung jawab, udah jadi pacar ya harus punya rasa tanggung jawab sama pacarnya, yg ga mau nyusahin cewek kesayangannya..

[source ask fm: dindaajelita]

Dear future husband...

Dear future husband...

Bu..., Calon Isteriku Gak Bisa Masak--

Di Subuh yang dingin...ku dapati Ibu sudah sibuk memasak di dapur.

"Ibu masak apa? Bisa ku bantu?"

"Ini masak gurame goreng. Sama sambal tomat kesukaan Bapak" sahutnya.

"Alhamdulillah.. mantab pasti.. Eh Bu.. calon istriku kayaknya dia tidak bisa masak loh..."

"Iya terus kenapa..?" Sahut Ibu.

"Ya tidak kenapa-kenapa sih Bu.. hanya cerita saja, biar Ibu tak kecewa, hehehe"

"Apa kamu pikir bahwa memasak, mencuci, menyapu, mengurus rumah dan lain lain itu kewajiban Wanita?"

Aku menatap Ibu dengan tak paham.

Lalu beliau melanjutkan, "Ketahuilah Nak, itu semua adalah kewajiban Lelaki. Kewajiban kamu nanti kalau sudah beristri." katanya sambil menyentil hidungku.

"Lho, bukankah Ibu setiap hari melakukannya?"

Aku masih tak paham juga.

"Kewajiban Istri adalah taat dan mencari ridho Suami." kata Ibu.

"Karena Bapakmu mungkin tidak bisa mengurusi rumah, maka Ibu bantu mengurusi semuanya. Bukan atas nama kewajiban, tetapi sebagai wujud cinta dan juga wujud Istri yang mencari ridho Suaminya"

Saya makin bingung Bu.

"Baik, anandaku sayang. Ini ilmu buat kamu yang mau menikah."

Beliau berbalik menatap mataku.

"Menurutmu, pengertian nafkah itu seperti apa? Bukankah kewajiban Lelaki untuk menafkahi Istri? Baik itu sandang, pangan, dan papan?" tanya Ibu.

"Iya tentu saja Bu.."

"Pakaian yang bersih adalah nafkah. Sehingga mencuci adalah kewajiban Suami. Makanan adalah nafkah. Maka kalau masih berupa beras, itu masih setengah nafkah. Karena belum bisa di makan. Sehingga memasak adalah kewajiban Suami. Lalu menyiapkan rumah tinggal adalah kewajiban Suami. Sehingga kebersihan rumah adalah kewajiban Suami."

Mataku membelalak mendengar uraian Bundaku yang cerdas dan kebanggaanku ini.

"Waaaaah.. sampai segitunya bu..? Lalu jika itu semua kewajiban Suami. Kenapa Ibu tetap melakukan itu semuanya tanpa menuntut Bapak sekalipun?"

"Karena Ibu juga seorang Istri yang mencari ridho dari Suaminya. Ibu juga mencari pahala agar selamat di akhirat sana. Karena Ibu mencintai Ayahmu, mana mungkin Ibu tega menyuruh Ayahmu melakukan semuanya. Jika Ayahmu berpunya mungkin pembantu bisa jadi solusi. Tapi jika belum ada, ini adalah ladang pahala untuk Ibu."

Aku hanya diam terpesona.

"Pernah dengar cerita Fatimah yang meminta pembantu kepada Ayahandanya, Nabi, karena tangannya lebam menumbuk tepung? Tapi Nabi tidak memberinya. Atau pernah dengar juga saat Umar bin Khatab diomeli Istrinya? Umar diam saja karena beliau tahu betul bahwa wanita kecintaannya sudah melakukan tugas macam-macam yang sebenarnya itu bukanlah tugas si Istri."

"Iya Buu..."

Aku mulai paham,

"Jadi Laki-Laki selama ini salah sangka ya Bu, seharusnya setiap Lelaki berterimakasih pada Istrinya. Lebih sayang dan lebih menghormati jerih payah Istri."

Ibuku tersenyum.

"Eh. Pertanyaanku lagi Bu, kenapa Ibu tetap mau melakukan semuanya padahal itu bukan kewajiban Ibu?"

"Menikah bukan hanya soal menuntut hak kita, Nak. Istri menuntut Suami, atau sebaliknya. Tapi banyak hal lain. Menurunkan ego. Menjaga keharmonisan. Mau sama mengalah. Kerja sama. Kasih sayang. Cinta. Dan Persahabatan. Menikah itu perlombaan untuk berusaha melakukan yang terbaik satu sama lain. Yang Wanita sebaik mungkin membantu Suaminya. Yang Lelaki sebaik mungkin membantu Istrinya. Toh impiannya rumah tangga sampai Surga"

"MasyaAllah.... eeh kalo calon istriku tahu hal ini lalu dia jadi malas ngapa-ngapain, gimana Bu?"

"Wanita beragama yang baik tentu tahu bahwa ia harus mencari keridhoan Suaminya. Sehingga tidak mungkin setega itu. Sedang Lelaki beragama yang baik tentu juga tahu bahwa Istrinya telah banyak membantu. Sehingga tidak ada cara lain selain lebih mencintainya." ❤️